“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah
disetiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS.
Al A’raaf: 31).
Assalamu’alaykum,
Pembaca. Syukur alkhamdulillah selalu
terucap dari hati yang semoga masih diberikan hidayah untuk mengingat-Nya
hingga hari ke-5 bulan Syawal ini. Yuk, katakan alkhamdulillah yang sudah mulai menunaikan tanggung jawab qada’
puasanya. Yuk, katakan alkhamdulillah
yang sudah mulai puasa sunnah Syawal. Yuk, azzamkan
atau tekadkan atau bahkan niatkan diri ini untuk dapat menyegerakan kedua hal
tersebut bagi yang belum. 5 hari terlalui tentu dengan kebahagiaan karena “kembali
boleh makan”. Hidangan spesial ala lebaran di Indonesia seperti aneka kue
kering, beragam jajanan kaleng, sepanci ketupat sayur, seonggok daging ayam
berbalur rempah, aneka warna dan rasa minuman, pasti membuat Pembaca sekalian #Opordosis. Kebahagiaan dari perut yang
telah terenggut selama sebulan, meningkat drastis hanya dalam 1 hari. Tak lupa,
perut memberikan #KodeKeras ke otak, tangan,
dan mulut kita, bahwa diri ini sanggup menerima sekian banyak hidangan tersebut,
seakan sanggup menghabiskannya. Alhasil, piring pun overload laiknya tol Brexit
dan menggunung laiknya tempat pembuangan akhir. Namun sebuah akhir yang
dramatis saat sekian sendok nasi, sekian liter kuah, sekian kilogram daging,
harus mati (baca: terbuang) sia-sia karena ketidakmampuan perut kita sendiri.
Pembaca
yang terhormat, menilik fenomena tersebut, cukup relevan dengan potongan ayat Al-Qur’an
dari surat Al A’raaf. Betapa kita memang dapat berlebih-lebihan salah satunya
dalam hal makan dan minum. Kalamullah
surat Al-Israa’ ayat 27 disebutkan bahwa para pemboros merupakan saudara dari
syaithan. 2 ayat yang insyaaAllah membuat kita cukup paham betapa bermaknanya
segala hal (makanan dan minuman) yang mati (terbuang) sia-sia tadi.
Disisi
lain insyaaAllah ada segolongan umat
yang telah sadar atau paham, yang mencoba mengajak saudaranya untuk tidak
bersaudara dengan syaithan terus-menerus. Segolongan umat yang berusaha
menghabiskan makanan yang diambilnya, atau berusaha membatasi makanan yang
hendak dikonsumsi sesuai kemampuan normalnya. Please wellcome spesial hastag #BeraniMakanHabis
#PotretPiringKosong sebagai wujud Kampanye Antimubadzir.
Simply,
pastikan di dalam piring, gelas, maupun wadah makan yang Anda pakai benar-benar
hampir habis atau tidak tersisa sedikitpun kecuali yang nampak (noda, dll).
Lalu potret dan beri hastag spesial tersebut. Niatkan diri sebenar mungkin lillahi ta’ala sebagai salah satu tanggung
jawab reminder utamanya bagi diri
sendiri dan umumnya bagi orang lain untuk tidak mubadzir. Lalu viralkan melalui
media sosial. Sebuah kampanye antimainstream
yang tidak hanya berlaku sekian hari pascaramadhan, namun juga untuk keseharian
kita antara ramadhan kemarin dengan ramadhan berikutnya, insyaaAllah.
Penulis
mohon maaf atas segala kesalahan yang mungkin terjadi dalam setiap tulisan
(barangkali banyak yang tersindir, sakit hati, bunuh diri #eh) karena penulis tidak lebih baik dari Pembaca. Pun kampanye
tersebut bukanlah inisiatif atau ide dari penulis, jadi jangan salah sangka.
Penulis hanya menyampaikan fenomena yang ada. Saling mengingatkan dalam
kesabaran dan kebenaran, saling berlomba dalam kebaikan, karena masuk surga
enaknya rame-rame. Taqabbalallahu minna wa minkum, Pembaca,
semoga amal ibadah kita saat ramadhan kemarin diterima oleh Allah dan kita
dipertemukan dengan ramadhan berikutnya, Allahumma
aamiin. Wassalamu’alaykum.
No comments:
Post a Comment