Sunday, June 29, 2014

PANGGILAN SAYANG


Assalamu’alaykum, Pembaca. Alkhamdulillah, inshaaAllah Pembaca sekalian sudah mulai berpuasa ya, atau ada yang belum? Semoga niat puasa selalu bisa kita jaga sebaik mungkin. Tak hanya niatnya namun juga segala tindakan selama puasa itu juga diharapkan sebaik niatnya. Pembaca yang terhormat, suatu hal yang menarik saat melihat banyak sinetron remaja, yang sedikit banyak juga menggambarkan kenyataan dikeseharian remaja saat ini. Sering yah dengar ada seorang laki-laki atau perempuan pada pasangan jenisnya kata ajaib nih saat memanggil langsung atau via media apa gitu: “sayaaang”, “bebeeb” (asline bebek), “say”, “papa/mama”, dan sebagainya lah ya yang ngakunya gak alay pasti ya tahu. Panggilan pasangan (bahasa ekstrimnya pacar) mereka pasti disambut dengan gembira, hati sumringah, berbunga-bunga karena dipanggil oleh si kekasih, benar? Bahkan orang lain yang sama-sama memanggil tidak dihiraukan, hanya menghiraukan panggilan si kekasih, benar? Because it is a time to take a date with him/her! Just a view time (hours exactly!) And share everything (nonsense absolutely!) in this day, right?. Bila benar, berarti Anda suka lihat sinetron, hehe, guyon rek. Hal ini saya yakin juga banyak terjadi dimasyarakat, mungkin juga yang baca ini langsung kesinggung (ups maaf, sengaja kok). Bagaimana bila “yang punya” si kekasih itu yang memanggil kita? Memanggil untuk mendekatkan kita padanya tapi justru menjauhkan kita dari kekasih kita? Akankah kita menolak? Ataukah kita nurut? Hehe. Panggilan yang penulis maksud bukan panggilan orang tua si kekasih lho tapi panggilan Allah kepada kita melalui kumandang adzan. It is time to take a date with Allah! A view time (exactly), share (and ask/wish) everything for our life (not only this day!). Dan meninggalkan sementara segala kekasih (baca: aktivitas) yang biasa kita lakukan. Hmmm, pasti beda bila pasangan (yang ngakunya pacar) sepertinya lebih berpotensi menghalangi kita memenuhi panggilan Allah dan pasangan (bukan pacar! Tapi suami/istri) inshaaAllah (dan seharusnya) justru mengajak kita memenuhi panggilan Allah tersebut. Asyiiiiik. Intinya yang banyak disinggung bukan (hanya) masalah pasangan tidak sah atau pasangan sah, tapi respon kita terhadap panggilan spesial Allah pada kita.


Pembaca yang terhormat, sering kita dibiasakan kalau ada adzan ya didengarkan, sudah, stop, titik, berhenti sampai didengarkan saja, lanjut keaktivitas yang tadi terhenti sejenak. Sama dengan kita dipanggil oleh kekasih kita namun kita cuekin saja, bagaimana perasaan dia? Bisa jadi ngambek, marah, jadi cuek balik. Saat Allah memanggil kita untuk kembali mendekatkan diri pada-Nya, apakah kita akan cuek juga? Salah satu guru saya pernah berkata bahwa kumandang adzan di masjid, mushola, itu bukan untuk didengarkan (saja) tetapi juga untuk didatangi. Penulis juga pernah membaca disuatu buku dituliskan bahwa ketika kita mendengar suara adzan, maka dengan segera kita sembari melangkahkan kaki kita ke masjid atau mushola (sumber suara adzan) tadi, dengan semangat dan harapan bisa mengisi shaf terdepan dan tidak tertinggal takbir pertama dalam shalat. Betapa sayangnya Allah pada kita, memberi kesempatan untuk “menemui” dan memohon segala hal baik pada-Nya. Pun saat melangkahkan kaki ke masjid inshaaAllah menjadi amalan baik juga, kalau kata guru saya, dihapuskan 1 keburukan, dicatatlah 1 (atau lebih) kebaikan disetiap langkahnya. Beda sekali kalau kekasih yang memanggil, bisa saja di jalan malah tersandung, aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi (lagune sopo yo??). Banyak kan manfaatnya?? Itupun inshaaAllah hanya setetes manfaat yang bisa tersampaikan, padahal kalau lautan jadi tinta untuk menulis ilmu Allah, niscaya akan habis dan bahkan kurang. Dan maanfaat lainnya inshaaAllah bisa diketahui dengan mengkaji kitab bersama “guru” yang memang berkompeten, apalagi dibulan ramadhan ini, inshaaAllah kajian islam juga semakin banyak diminati.


Penulis mohon maaf karena penulis tentu tak lebih baik daripada Pembaca sekalian, bukan karena lebih baik lalu mengingatkan, tapi mengingatkan orang lain utamanya pasti mengingatkan diri sendiri juga yang paling banyak kurangnya. Pada intinya saling menasehati dalam perbuatan baik dan kesabaran kan? Oleh karena itu yuk sama-sama memahami panggilan Allah ini dengan sebaik mungkin. Sabar berpuasa yeee, minimal ya sabar menahan lapar dan dahaga plus nafsu biologis, kalau intermediate ditambah menahan dan menjaga perbuatan dan lisan kita, kalau advance dimaksimalkan dengan benar-benar menjaga hati kita dari segala hal yang berpotensi mengurangi faedah puasa untuk kita. Terima kasih atas kesediaannya membaca dan wassalamu’alaykum. (mw)