Monday, October 22, 2018

SEKALI DO'A, DUA TIGA ORANG TERLAMPAUI


Assalamu’alaykum, Pembaca. Semoga Pembaca sekalian sedang dalam keadaan baik, sehat wal ‘afiyah. Sudah hampir satu tahun penulis menghilang, lost contact, keluar dari garis orbital sistem peredaran notes facebook dan blogger, hehe. Penulis memohon do’a dari Pembaca sekalian agar kita semua dijadikan serta tetap istiqamah sebagai insan yang tidak merugi: mereka yang beriman, beramal shalikh, mengajak pada jalan yang benar, serta saling menguatkan kesabaran selama meniti jalan tersebut, Allahumma aamiin.

Engkau tahu, Kawan? Akhir-akhir ini Penulis kepikiran sesuatu hal yang berkaitan dengan do’a. Sejenak me-review, entah sudah berapa kali semenjak zaman kecil imut-imut hingga se-gedhe (besar) ini, request do’a itu hadir.
....“Mohon do’anya saja ya, Le”, ucap seorang kakak yang dijahilin adik cowoknya perkara hijab.
....“Donga (do’a) ne yo, Dhik”, “Donga’no yo, Har”, ucap rekan-rekan dengan berbagai rencana aktivitasnya.
....“Mohon do’anya ya, insyaaAllah kami....”, ucap seorang guru (!) yang memiliki project keummatan yang bikin baper karena diperuntukkan bagi anak yatim, piatu, dan dhuafa.
....“Mohon do’a nya saja deh, Mas”, ucap seorang “adik” yang otw menuntaskan amanah studinya, atau ucap mereka yang lain ketika merasa l-e-l-a-h memiliki kakak yang cerewet.
....“Mohon do’a untuk ....” (1), ucap seorang laki-laki, seorang perempuan, beserta masing-masing keluarganya, yang hendak/telah mengucapkan suatu “perjanjian” yang besar.
....“Mohon do’a untuk ....” (2), ucap orang-orang yang sedang ditimpa ujian terhadap dirinya, keluarganya, maupun kerabatnya, oleh karena sakit, bencana, hingga kematian.

Lalu “kepikiran dibagian mananya??? Akutu kepikiran:
....“Do’a ku bakal sampai gak ya?”
....”Yang minta do’a kok justru yang lebih mantap ibadahnya ya?”
....”Shalat, biasa ae. Shaum, arang. Tahajud, opo maneh. Ngaji, asal-asal-an. Piye do’a ku?”
....”Zina mata, jalan. Zina tangan, jalan. Zina telinga, jalan. Zina pikiran, jalan. Njaluk dikabulne?”

Hingga kemudian Akutu merasa tidak berguna, secara tidak langsung merasa mengecewakan orang yang memohon bantuan do’a, ekstremnya bisa jadi mutung dari do’a bahkan terhadap diri sendiri. Pernahkah Pembaca sekalian terlintas pikiran sedemikian rupanya? Sudah pikiran bergejolak, pun hati “terdalam” tak mau kalah gejolaknya.
....”Halaaah, tinggal do’a saja kok
....”Ya masa’ gak mendo’akan??? Dia sakit lho, Dia kena musibah lho”.
....”Sombong amat ini orang tidak mau berdo’a”.
....”Ulama pernah bilang kalau kita belum dikata mukmin kalau belum mendo’akan saudaranya (!)”.

Komplit sudah konflik internal pada diri ini. Namun semuanya berubah ketika.... (Opening film Avatar, hehe)

“....Tidak ada seorang muslim pun yang mendo’akan kebaikan bagi saudaranya (sesama mmuslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama”, (HR. Muslim).

Kau tahu, Kawan? Ternyata tidak ada alasan untuk tidak mendo’akan orang lain, pada umumnya kepada saudara sebangsa setanah air, dan terlebih kepada saudara seiman yang tersebar di segala penjuru Bumi ini. Why? Karena secara substansi do’a itu ternyata tidak hanya tertuju pada orang yang dido’akan saja, namun juga akan kembali kepada orang yang mendo’akan. U know, Gengs, Malaikat langsung yang meng-aamiin-kan do’a kita! Ya, Malaikat! Brothers, Sisters, tidak salah kok ku menyebutkan M-A-L-A-I-K-A-T. Kalau kita-kita yang berdo’a, meng-aamiin-i, sangat mungkin tertahan karena tingkah polah kita sehari-hari yang nakal. Beda level dengan Malaikat, makhluk ciptaan Allah yang nol kesalahan, tidak ada dosa, hanya melakukan yang baik-baik saja, tentu do’a ibarat berada pada jalan bebas hambatan.

Ketika kita main di dunia nyata maupun main di medsos, lalu dipertemukan maupun diperlihatkan oleh Allah dengan saudara berbagai usia yang sedang jihad memperjuangkan finansial serta kelangsungan hidup diri dan keluarganya dengan cara yang ma’ruf, kita turut membantu atau seminimal mungkin sembari hati bergetar turut mendo’akan agar yang bersangkutan dimudahkan aktivitasnya, dilariskan jualannya, dicukupkan ekonominya, diberi kesehatan yang terbaik, sejatinya kita sedang mengiba pada Yang Maha Kaya agar diri ini mampu menahan diri dari pemborosan, mengelola aktivitas, hingga merasakan nikmatnya bershadaqah.

Ketika kita berada di lingkungan kerja, sebelum memulai aktivitas di pagi hari kita langkahkan kaki ke mushala terdekat. Ambil wudhu, shalat 4 rakaat dhuha, kemudian berdo’a agar rekan-rekan kantor diberikan petunjuk serta kelancaran dalam menuntaskan amanahnya hari itu, berharap agar diberikan penjagaan dari hal-hal yang tidak diinginkan, maka sejatinya kita sedang mendo’akan kelancaran dan keberkahan atas aktivitas atau amanah kita pada hari tersebut.

Ketika ada saudari kita yang berperang dengan batinnya dalam otw hijrah dari segi penampilan dengan berbagai tantangannya, kita berdo’a agar yang bersangkutan diberikan kekuatan, bimbingan, dan keistiqamahan dalam menunaikan syariat wajib dalam berpenampilan, maka sejatinya kita ikut mendo’akan diri agar bisa terus menuntut ilmu-ilmu syariat sehingga kemudian istiqamah menjaga pengamalan syariat islam, yang sedang kita upayakan dan yang akan kita upayakan kelak dikemudian hari.

Ketika saudara kita hendak berkarya atau menuntaskan amanahnya, kita berdo’a agar Allah memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, sehingga nafsu tidak mudah mengontrol segala niat dan aktivitasnya, maka sejatinya kita sedang berdo’a agar Allah pun membukakan “jalan” yang penuh berkah dan hampir tidak mungkin dicemari begitu mudahnya dengan hawa nafsu maupun amarah, atas tantangan dan masalah yang akan kita hadapi.

Ketika ada saudara yang sakit, kita berdo’a agar yang bersangkutan diberikan kekuatan untuk bersabar sekaligus dikaruniai pengampunan dosa dan lekas kembali beraktivitas pada normalnya, maka sejatinya kita juga sedang mendo’akan diri kita agar dikaruniai nikmat sehat wal ‘afiyah maupun kelak ketika kita jatuh sakit diberikan kesabaran dan pengampunan dosa.

Ketika ada saudara yang tertimpa musibah bencana (selaiknya kondisi terkini di Negeri tercinta), kita berdo’a agar yang bersangkutan mampu bersabar, tidak serta merta putus asa, dan berupaya mengambil hikmahnya, maka sejatinya kita sedang memohon agar diri ini diberikan kesabaran ekstra, keyakinan untuk tetap berpegang teguh pada Allah, serta kejernihan hati agar tergolong sebagai orang yang “berpikir”.

Termasuk, ketika ada saudara di luar Bumi Pertiwi nan damai ini yang sedang mengalami penindasan tiada henti (selaiknya saudara Palestina), kita berdo’a agar masyarakat disana kesabarannya going extra miles, tidak ada rasa putus asa, tetap menjaga Al-Qur’an meski dalam kecamuk perang, semakin semangat jihad fii sabilillah secara fisik, bahkan kita berharap atas kemenangan mutlak yang dinanti-nanti, sejatinya kita sedang meminta pada Allah agar diri ini peka dalam merasakan perih sakitnya, merasakan kobar semangatnya, merasakan manisnya buah perjuangan, merasakan cinta matinya pada Al-Qur’an, merasakan cita-cita tertinggi ummat Muslim.

Berdo’a terhadap diri sendiri, maka akan kembali pada diri sendiri saja. Berdo’a terhadap orang lain, maka akan tersampaikan pada orang tersebut plus kembali pada diri kita. Selaiknya kita memohon “dunia”, maka dunia saja yang akan kita dapatkan. Beda cerita bila kita memohon “akhirat”, maka kita mendapatkan paket komplit dunia dan akhirat. Penulis teringat ada seorang ‘Ulama yang mengatakan, “Saya do’akan seluruh santri-santri saya....”. Sudah santrinya makin mantap oleh karena dido’akan oleh ‘ulama, plus sejatinya do’a tersebut akan kembali dan semakin menambah kemuliaan ‘ulama tersebut, pikir saya.

Betapa pentingnya do’a sehingga tidak main-main penyebutan do’a sebagai senjatanya orang islam. Selaiknya senjata, kita harus merawat tuas, selongsong, hingga pelurunya. How to merawat kekuatan do’a? Silahkan browsing, bisa dipastikan akan banyak jawaban yang jleb. Penulis mengambil contoh satu hal saja, yaitu perkara halal dan haram. Perkara yang satu ini sejatinya luas. Berharap do’a manjur tapi makanan-minumannya HARAM? Yakin do’a manjur tapi yang dipakai barang HARAM? Ngarep banget do’a manjur tapi pakai duit HARAM? Ngebet do’a manjur tapi melakukan perbuatan HARAM demi mendapatkan itu semua? Dari keempat hal tersebut, yang kita banget pada umumnya perkara makanan dan minuman. Penulis yakin banyak diantara kita yang sudah paham kok mana makanan dan minuman yang diharamkan, semoga Allah menjaga kita dari yang jelas keharamannya tersebut. Pun penulis yakin tak sedikit diantara kita yang sudah khatam mana makanan dan minuman yang jelas dihalalkan, semoga Allah melimpahkan setetes ilmu-Nya sehingga kita selalu terpaut dengan yang jelas halalnya.

Namun semuanya berubah ketika.... Ketika yang jelas halal dan haram itu sedikit sekali sedangkan yang samar-samar, abu-abu, syubhat, misterius, dan sejenisnya, jauuuuuuuuuh lebih banyak, terlebih ketika zaman semakin kompleks. Ketika komposisi makanan dan minuman lebih kompleks dari komplek perumahan. Maka kita sama-sama berdo’a, berharap supaya Allah memberikan kepekaan dan kehati-hatian pada diri kita terhadap yang samar tadi, melalui ilmu. Seminimal mungkin adalah dengan mengucap do’a sebelum makan/minum. Apabila kita ragu yang tidak seberapa karena ilmu cukupan, maka dimantapkan saja. Apabila kita benar-benar ragu, dan keraguan itu dibuktikan dengan ilmu yang mumpuni, maka baiknya ditinggalkan. Penulis teringat kisah seorang Kiai di sebuah daerah, saking mantapnya penjagaan diri dari yang samar, bahkan beras (yang notabene halal) pun diperoleh dengan cara menanam padi secara mandiri di ladang miliknya.

Dua hal lagi, pertama, karena do’a yang ditujukan kepada orang lain akan kembali kepada kita, maka jangan mendo’akan keburukan. “Ya Allah, semoga dia celaka”, maka bagi kita juga demikian. “Mugo-mugo dagangan e gak payu (tidak laris)”, maka bagi kita hal yang sama. “Ndang cepet mati!”, maka siap-siap saja. Kedua, karena do’a yang ditujukan pada orang lain itu dikabulkan, bisa jadi kemudahan dalam aktivitas, kejernihan dalam berpikir, kebijaksanaan dalam keputusan, terhindar dari lubang ketika berkendara, mudah cari makan, uang bulanan lancar, dagangan laris, jodoh mantap, keluarga sakinah mawaddah warahmah dan berkah, sangat mungkin ada faktor X sebagai buah dari do’a orang lain pada kita, maka jangan sombong atas capaian/kondisi terbaik kita

So, Brothers n Sisters fillah, yuk saling mendo’akan dalam kebaikan. Orang lain dapat, pun kita juga dapat tanpa dikurangi sedikitpun. Gak ada ruginya saling mendo’akan, selaiknya tiada rugi dalam bershadaqah. Tak ada yang dikurangi, tak ada yang diuntungkan satu sisi saja, namun justru akan bertambah, semua pihak diuntungkan. Cuman tinggal kitanya percaya atau tidak, yakin atau tidak, mengimani atau tidak, berani membuktikan atau tidak. Ngapunten karena Penulis secara pribadi masih banyak kurang disana-sini.