Wednesday, August 5, 2020

MAHASISWA "PLUS-PLUS" SEMUA BISA DAKWAH



Judul                           : Mahasiswa “Plus-plus” Semua Bisa Dakwah

Tebal                           : viii + 126 halaman

Ukuran                        : 14 x 20 cm

ISBN                           : 978-602-5758-70-6

 

Assalamu’alaykum, Pembaca. Bagaimana kabarnya? Apakah di daerahnya sudah menjadi “Zona Hijau” atau masih menjadi “Zona Kuning” atau “Zona Merah”? Jadi, posting-an ini dibuat ketika masa Pandemi Covid-19 (Wuhan Coronavirus 2019). Sudah sekitar 5 bulan Penulis menjalani rutinitas kerja “WFH”, Work From Home, atau Work From Kost juga. Etapi, ternyata sudah sekitar 2 tahun ya Penulis tidak mendayagunakan Blog ini. Tenaaaang, Penulis masih hidup kok; alkhamdulillah masih diberi waktu untuk memperbanyak “bekal”. Pada posting-an kali ini Penulis ingin mengabarkan sekaligus promosi saja sebuah buku yang atas izin Allah bisa menambah daftar buku-buku yang ada di Bumi bagian Indonesia, hehe.

Cerita sedikit deh, bahwa keinginan untuk menulis buku ini karena merasa “gemas”, “gemes”, terhadap 5 tahun hidup sebagai mahasiswa dan beberapa tahun “membersamai” adik-adik mahasiswa juga, lantas pertama pada masanya ku dipertemukan dengan seorang mahasiswa mau tingkat akhir yang masih bertanya-tanya pada dirinya tentang “Aku sekarang mau apa ya?”, “Besok aku akan jadi apa ya?”, “Aku gak tahu punya keahlian apa!”.

Kedua, pada masanya ku dipertemukan dengan kondisi “Ini bukan hunian mahasiswa rohis (kerohanian islam), ini hunian plural! Tidak bisa dipaksakan adanya program2 islami di hunian”, “Ini bukan organisasi islam, jadi ya tidak bahas islam”, “Itu kan tugasnya organisasi rohis (kerohanian islam), bukan organisasi kami”.

Ketiga, pada masanya ku dipertemukan dengan momen sambut mahasiswa baru. Seluruh organisasi berlomba “mempromosikan” organisasinya. Kebetulan ku ada di organisasi Rohis. Rasanya seperti HARUS PAKAI BANGET ikut Rohis. Ya okelah, itu cita-cita kami, namun fatal, kasarannya menjadi saling berlomba menarik simpati “calon anggota organisasi” bahkan antar Rohis. Dan sayangnya, dari tahun ke tahun ku amati yang dipromosikan “itu-ituuuuuu” saja : kuatnya kekeluargaan/ ukhuwah, potensi relasi yang baik, bakal dapat banyak ilmu islam, kemudian ditampilkannya sederet prestasi anggota Rohis yang sebenarnya ya itu “prestasi pribadi” sih. Sampai pada 1 momen yang aku lupa kapan dan siapa yang mengatakannya, beliau mengatakan lebih kurang bahwa “tidak semua mahasiswa passionnya di kerohanian islam”, “tidak semua mahasiswa nyamannya ada di kerohanian islam”, “tidak semua mahasiswa HARUS masuk kerohanian islam”.

Turning point. Benar, bagiku adik-adik yang BARU masuk kuliah itu, entah BARU ikut-ikutan temannya, BARU salah jurusan, BARU terima apa adanya masih SNMPTN Undangan, BARU salah ikut organisasi, BARU mau coba cari informasi perguruan tinggi lain, dan sebagainya, janganlah disia-siakan. Janganlah di-ospek dengan bentak-membentak, dengan nada keras dan tinggi, dengan atribut aneh-aneh, dan sejenisnya. Termasuk kalau masuk organisasi baru, janganlah langsung diberikan segudang program kerja, janganlah langsung diberikan amanah untuk mengelola kepanitiaan. Kayak “kehabisan bahan” pemelajaran aja?!

Padahal nih adik-adik punya “potensi” masing-masing. Potensi itulah yang seharusnya, kita sebagai kakak tingkat, mampu memetakannya lantas mampu membantu menyadarkan bahwa “he! Awakmu iku berbakat dibidang iki, coba ikut o kegiatan iku”, “kelihatannya sampean pantes ikut organisasi itu”, “Dik, sampean ini punya potensi X, ku kenalin dengan kakak tingkat yang juga punya potensi X ya”.

Tidak salah kan ketika ada mahasiswa pecinta fotografi lantas tidak ikut Rohis? Tidak salah kan ketika ada mahasiswa pecinta kegiatan bidang kesehatan lantas tidak ikut Rohis? Tidak mengapa kan ketika ada mahasiswa yang memutuskan untuk tidak ikut organisasi apapun (termasuk Rohis) kecuali kepanitiaan tertentu? Tugas besar kita, hei hei para kakak tingkat dan para pejuang terutama di Rohis, adalah menunjukkan bahwa dengan fotografi kamu tetap bisa dakwah, ada poin2 islamnya. Bahwa dengan ikut organisasi bidang kesehatan kamu tetap bisa dakwah, begini cara2nya. Bahwa dengan tidak ikut organisasi apapun, fokus menuntaskan studimu, kamu tetap bisa dakwah dengan cara demikian-demikian.

Betapa asyiknya ketika adik-adik kita yang masih POLOS itu sedari awal sudah terbuka wawasannya, sadar bahwa dirinya penting dan akan punya peran penting, paham bahwa untuk menuju peran penting itu butuh upaya-upaya yang "plus-plus". Lagipula kuliah tidak untuk kuliah saja kan. Kuliah tidak untuk cari kerja saja kan. Kehendak Allah penuh kelak adik-adik kita “jadi bagaimana”, namun menjadi “perantara” dari kebaikan itu bukan perkara remeh lho dalam islam. 

Oiya, ini bagian yang paling penting. Penasaran dong pastinya untuk memiliki buku tersebut. Untuk informasi lebih lanjut dan pemesananya boleh banget kirim email : 

mahardhikawidyantoko@gmail.com