Sunday, April 22, 2012

UJIAN NASIONAL + KEJUJURAN = BUKAN FORMALITAS


SALINLAH KALIMAT INI, “SAYA MENGERJAKAN UJIAN INI DENGAN JUJUR”


Pembaca, anda tahu kalimat diatas?? Bagi para siswa se-Indonesia yang sudah mengikuti Ujian Nasional atau akan mengikutinya, pasti akan menemukan kalimat seperti di atas. Yaaa, memang kalimat tersebut terdapat pada salah satu kolom isian yang tersedia dalam LJK. Betapa hebatnya seseorang yang mempunyai gagasan untuk menyertakan kalimat tersebut kedalam lembar jawaban kita!! Kenapa saya bilang hebat? Karena orang yang mempunyai gagasan menyertakan kalimat tersebut berarti memiliki rasa kepercayaan yang tinggi kepada siswa-siswinya!! Namuuuun, dilain sisi, apakah kalimat tersebut hanya sebatas isian belaka??? :)


Seseorang melakukan sesuatu tentu ada alasannya, andaikata melakukan sesuatu tanpa tujuan itu sama saja sia-sia, pun dengan disertakannya kalimat tersebut. Saya yakin dan saya percaya TIDAK SEDIKIT siswa-siswi yang MEREMEHKAN adanya kalimat tersebut!! Perlu bukti? Tanyakan pada diri anda, hehehehe :) Ya, tidak sedikit diantara mereka yang menganggap kalimat tersebut sekedar isian biasa yang harus ditulis dalam LJK demi kelengkapan isian data. Mereka yang seperti itu tak menyadari arti penting kalimat singkat tersebut, sungguh disayangkan.


Pembaca, “Saya mengerjakan ujian ini dengan jujur”, apasih pentingnya kalimat ini?? Menurut saya, kalimat ini adalah bukti kepercayaan pembuat soal kepada siapa saja yang mengerjakan soal tersebut. Mereka percaya bahwa kita (pelajar) mampu mengerjakan soal-soal ujian yang diberikan dengan cara yang baik dan benar daaaan dispesifikkan dalam kata “jujur”. Memang UN kerap kali diwarnai masalah contek massal, kebocoran soal, kebocoran jawaban, bahkan parahnya sampai para pelajar otaknya bocor!! :) Dan dipastikan mengapa terjadi demikian ya memang mereka belum mengerti apa maksud dituliskannya kalimat ini. Pembuat soal merasa optimis dan yakin bahwa pelajar pasti jujur, tapi entah kenapa sepertinya harapan mereka sirna dengan adanya fakta dilapangan dimana berbagai kasus terungkap.


Krisis kejujuran inilah yang sebenarnya membuat citra pendidikan di Indonesia menjadi buruk, mungkin bisa saya katakan SEKOLAH TERAKREDITASI “A,B,C,D” namuuuun SISWAnya TERAKREDITASI “Z”, dalam artian sebaik-baik dan seburuk apapun sekolahnya, pelajarnya tetap lebih buruk. Kejujuran bukanlah suatu hal yang mudah, bahkan tingkatannya lebih dari Ujian Nasional kemarin lho… Terbukti!!! Mereka bias menjawab soal Ujian namun mereka belum bias Jujur, nahh berarti kan jujur lebih sulit. Tapi untungnya apabila berbicara masalah dunia saja, kayaknya nilai kejujuran itu tak menentukan syarat lulus tidaknya seorang pelajar. Alhasil banyak yang beranggapan UN sah sah saja melakukan kecurangan yang penting hasilnya baik, lulus, buat masuk PTN oke banget dehh. Atau mungkin mereka berdalil melakukan kecurangan demi “kebersamaan”, heeeiii!!! Kalian merusak citra nama sebuah kebersamaan!! :( lebih bodohnya lagi yaaa kecurangan dilakukan karena ikut-ikutan atau bahkan gengsi :/ ya ampyuuuun…. Kok ya masih ada pelajar macam gitu.


Mari kita konkritkan, dengan adanya kalimat di atas maka:

1.      Pembuat soal percaya pada kita untuk berbuat jujur.
2.      Kita pasti diminta mengerjakan dengan jujur.
3.      Kita sengaja dibiasakan untuk berlaku jujur.
4.      Kita harusnya paham kalimat tersebut.
5.      KALIMAT TERSEBUT BUKAN FORMALITAS BELAKA!!!!...


Hai para pembaca yang setia, seharusnya kita tahu dan paham akan kalimat tersebut. Kita menulis kalimat tersebut harus dilandasi dengan niatan baik, kita harus menulis kalimat tersebut dengan penuh keyakinan akan benar2 menjalankan apa yang kita tulis. Karena apa?? Tentunya karena kita dipercaya, kita telah diberi amanat, amanat dari pembuat soal. Tentunya apabila amanat tidak dijalankan atau amanat tersebut dilanggar, maka tidak lain tidak bukan kesalahan lah yang sebenarnya kita lakukan. Bukan kesalah kecil biasa yang tiada guna, namun juga masalah besar yang ada hubungannya dengan Tuhan, ya! Dengan Tuhan! Siapa yang member kalian nilai? Siapa yang meluluskan kalian? Guru? Tim korektor UN?? Tentunya TUHAN!!! :)


Yang saya tahu bahwa semua ini sudah telanjur. Apa yang kita lakukan tak bias diulang, yang penting sekarang kita mengerti mengapa di LJK ujian tertulis “Saya mengerjakan ujian ini dengan jujur” yaa ini semata-mata bukanlah untuk formalitas pengisian data, lebih dari yang kalian pikirkan, ini semua adalah bentuk tanggung jawab kita akan sebuah amanat yang sangat berat, ya, itu adalah amanat tentang KEJUJURAN.. karena sebaik-baik hasilnya diakhir, bahkan nilai sempurna sekalipun, apabila cara yang dilakukan salah yaaa tinggal disimpulkan hasilnya adalah “NOL” alias tak berguna! useless! Gak penting!.. saya tidak berbicara masalah dunia, saya berbicara masalah akhirat, semoga kalian sadar, dan semoga generasi-generasi penerusku ada bahkan bertambah...
saya istilahkan “MUJAHID KEJUJURAN”… Allahuma amin :)

No comments:

Post a Comment