Assalamu’alaikum, Pembaca. Sudahkah anda saling
meminta maaf saat Idul Fitri kemarin? Khususnya pada keluarga sendiri, bapak
ibu adik kakak? Anak ke orang tua, juga anak ke anak :)… Posting kali ini
sedikit banyak membahas tentang diri kita sebagai seorang ANAK, ini bukan
berarti karena ingin punya anak yaa, tapi ini untuk menambah pemahaman dan
tambahan pemikiran saja, hehehe.
Salah satu masalah yang sering saya
hadapi adalah posisi seorang anak, dalam artian “anak keberapa kah kita??”
dikaitkan dengan hak, kewajiban, tanggung jawab, pemahaman diri dan lain-lain. Seringkali
perbedaan pendapat antara si sulung, si bungsu, dan si tengah-tengah.
Sebelumnya mohon maaf apabila ada yang tidak sependapat yaaa karena ini pendapat
penulis pribadi :).
Anak Pertama alias si sulung…
“Kenapa aku tidak punya kakak?”
pasti tidak asing dengan pertanyaan tersebut, ya biasanya terpikirkan apabila
kita mempunyai masalah, biasanya untuk kita yang kesulitan dalam belajar bahkan
masalah pribadi, mereka ingin bertanya pada kakak/mbaknya yang seharusnya lebih
paham. Lalu juga untuk orang-orang yang merasa terbebani bila anak pertama
mempunyai seorang adik yang notabene tanggung jawab ada pada anak pertama.
Oke, berhubung penulis juga anak pertama, menurut
saya bila kita menjadi anak pertama dan kita mempunyai adik, seharusnya kita
harus tetap bersyukur, karena apa?? Karena kita telah dijamin dan dipercaya
oleh Tuhan untuk bertanggung jawab pada adik kita, hitung-hitung bentuk
tanggung jawab kita itu adalah ibadah juga kan, bukankah Tuhan memberi cobaan
tidak melebihi kemampuan kita?? :).
“Kenapa aku harus punya adik yang
ekstra baweeel??” untuk kakak/mbak yang tersiksa oleh hadirnya seorang adik.
Suka jahilin, kalau adik menangis target ceramah orang tua adalah anak pertama,
nakalnya tak bisa diatur, dan lainnya. Menurut saya ya, tetap bersyukurlah
apapun bentuk adik kita itu, ada 2 hal yang insyaAllah akan menyemangati kita.
Pertama adalah ADIK seperti TEMAN paling SETIA saat kita kesepian, untuk yang
galau di rumah tak ada teman, adiklah solusi paling aman, ya hitung-hitung bisa
diajak main, diajak komunikasi, diajak makan-makan juga bisa asal jangan diajak
yang aneh-aneh bin ekstrem binti berbahaya yaaa. Apalagi kalau adiknya baik,
nurut, lucunya masyaAllah, saya jamin kita di rumah itu lebih betah!! ^____^…
Kedua adalah ADIK sebagai pengubah POLA PIKIR, POLA
HIDUP, juga KEPRIBADIAN kita. Kok bisa?? Seringkah berbagi makanan dengan adik?
Sering mengajaknya komunikasi? Sering membimbingnya? Saya rasa jawabannya
haruslah sering :). Juga kepribadian, bisa menjadi pribadi yang lebih ramah,
halus, pengertian, bertanggung jawab, yang paling penting adalah sabarnya itu
harus mantap :) :) Jadi sebenarnya tak seburuk itu menjadi anak pertama kan!!! Jangan
mencari kekurangan kalau sangat banyak kelebihannya ^_____^V
Anak Terakhir a.k.a si bungsu…
Biasanya anak terakhir itu lebih diperhatikan orang
tua, sekolah bisa dibayarin sama kakak/mbaknya, daaan masih banyak keuntungan
lainnya, iya apa iya? Sungguh enak mungkin ya? :) ohh jangan salah, derita
seorang adik biasanya seperti ini…
“Kenapa ya kok aku sering
disuruh-suruh sama kakak/mbak??” pasti pernah, seenggaknya disuruh ambilin ini
itu, disuruh beliin, disuruh nemanin, ya? :) memang disuruh itu rasanya tidak
enak, apalagi kalau yang disuruh sudah besar pula, mungkin penolakan itu ada.
Apakah disuruh-suruh itu takdir seorang adik? Tidak!! Itu sebuah kewajaran, siapa
sih yang tak mau membahagiakan kakak/mbaknya? Bukankah kakak/mbaknya seenggaknya
sudah banyak berkorban juga seperti pada pembahasan anak pertama?? ^_____^…
“Kenapa ya mesti jadi
kalah-kalahan, dijahilin, diapain lah??” menurut saya sekali lagi itu adalah
sebuah kewajaran, maklum kan seorang kakak/mbak jahilin adiknya, bukan karena
ingin menyiksa, saya yakin itu bukti rasa sayang dan “care”nya seorang
kakak/mbak pada adiknya, kecuali kalau memang dijahatin ya si adik terkena
wajib lapor pada orang tua!! :) dilain hal, itu lho bisa melatih diri kita juga
untuk lebih mengerti keadaan, mengerti akan pribadi kita sekarang seperti apa
dan seharusnya seperti apa… Juga dilatih untuk menghormati… So? Masih betah
menjadi seorang adik?? Kalau tidak betah, jangan protes pada orang tua yaaa ^_____^V
Anak Pertengahan (sesudah anak pertama sebelum anak
terakhir)…
Kalau anak pertama susah, anak terakhir senang,
asumsi orang biasanya anak pertengahan itu seimbang antara hak kewajiban susah
senangnya itu sama alias gabungan dari 2 penjelasan sebelumnya mungkin gitu.
Hehehe, jujur saya belum pernah ada pengalaman anak tengah-tengah punya masalah
kompleks selain gabungan dari 2 posisi anak sebelumnya :). Tapi tetap ya, harus
bisa hormat pada kakak/mbaknya juga harus bisa menjadi pribadi yang baik untuk
adiknya, balance semua ^_____^
Anak Tunggal bin home alone…
Tak punya kakak, tak punya adik, ada sisi baiknya
lho, dapat uang saku dari orang tua leeeebih, perhatian orang tua benar-benar focus
pada 1 anak saja, WARISAN TUNGGAL!! dan lain-lain. Hanya itu? Kita lihat yang
tak enaknyaaa…
“Kesepian rek :’(…“, “Hee ayo
keluar bareng”, “Tanya siapa ya iki tugas susah-susah?”, “(Dan masih baaaanyak
keluhan lainnya)”… Kesepian, siapa yang tak butuh komunikasi sekalipun itu
sebentar? Apalagi dilingkup keluarga apabila bapak dan ibu kerja, apa kita tak
butuh teman untuk sharing? Mungkin seorang kakak dan adik adalah jawabannya,
tapi yang sangat mungkin adalah adik, ya karena kita sudah pasti anak pertama.
Sosialisasi itu penting lebih penting dari harta kan, pengembangan diri, sikap
mental, pola pikir, pola hidup, itu semua sebaiknya berkembang kan, atau kita
ingin menjadi seorang individualis nonsosialis?? :)… Sekalipun tak punya adik,
ya bersyukur berarti Tuhan telah mempersiapkan segalanya untuk pemenuhan segala
kebutuhan materiil dan nonmateriil itu, dan juga harus tetap berusaha
bersosialisasi dengan baik dengan tetangga atau teman diluar rumah… Nah, bangga
jadi anak tunggal?? ^_____^V
Cukup banyak hikmah dari diciptakannya kita entah
menjadi anak keberapakah dari orang tua kita :) yang pasti semua ada baik dan
buruknya, namun optimalkanlah untuk mencari segala kebaikannya… tetap sabar,
tetap baik sangka… ANAK, POSISI MENENTUKAN PEMAHAMAN… terimakasih, wassalamu’alaikum
^_____^