Saturday, December 3, 2011

IBADAH BERKELANJUTAN


Setiap orang pasti pernah beribadah, melakukan ibadah yang umum dilakukan (wajib) sampai ibadah-ibadah yang sunnah kita kerjakan. Tentu ibadah yang kita lakukan ini bermacam-macam cara serta aturannya. Untuk kaum muslim, pastinya tak akan asing dengan kata-kata ibadah wajib dan sunnah, contohnya saja shalat 5 waktu, puasa ramadhan, zakat fitrah dan mal, membaca mempelajari mengajarkan dan mengamalkan ajaran pada Al-Qur’an serta Al-Hadits dan masih banyak lainnya. Juga ibadah sunnah seperti shalat sunnah: Dhuha, tahajud, taubat, istikharah, shalat gerhana, dll. Ibadah puasa sunnah senin-kamis, puasa syawal, puasa muharram dll. Zakat yang secara sunnah adalah zakat yang tidak lansung (selain zakat fitrah dan mal).

            Pembaca, kaum muslim, dalam ibadah kita mengenal istilah “istiqomah” yang secara umum bisa saya definisi sebagai ibadah dengan pendirian teguh, iman kokoh dan dilakukan secara kontinyu atau berkelanjutan. Memang sulit bila sesuatu tidak dimulai dari 0. Apalagi memulainya tidak dengan pendasaran yang benar dan tepat. Maka dari itu dalam ibadah kita harus memantapkan pendasaran kita melakukan ibadah itu untuk apa? Lalu cara dan aturan dalam suatu ibadah itu seperti apa saja? Kemudian kita praktikkan dan kita harus bisa memahami diri kita sendiri, sejauh mana kita beribadah (sudah baikkah atau belum) meskipun sebenarnya hanyalah Allah SWT yang tahu soal kadar ibadah kita. Setelah berusaha beribadah dengan baik tentunya kita tak boleh berhenti, karena kesempurnaan tak akan bisa dicapai maka kita haruslah beribadah secara kontinyu atau “istiqomah” ini. Diharapkan dengan istiqomah akan memperbaiki dan meningkatkan kadar ibadah kita di mata Allah SWT, lebih berusaha lagi untuk mencapai kesempurnaan sebisa mungkin (meskipun kesempurnaan hanya milik-Nya) namun kita tetap diwajibkan untuk berusah mencapai suatu bentuk ketaqwaan.

Nahh, memang segala sesuatu tidak ada yang instan, sekalipun mie instan tetap harus direbus dengan ait dahulu agar matang, begitu juga dengan ibadah, harus kita rebus dulu untuk mencapai suatu bentuk istiqomah dalam beribadah. Di rebus dalam artian terus dilakukan, lebih melatih, memperbanyak dll. Pernah saya tanya pada seorang teman, “pernah nggak ngelakuin shalat sunnah qab’liyah ba’diyah??”. Terus teman saya menjawab kurang lebih sbb, “pernah, tapi aku belum bisa istiqomah e”. Dari sini bisa saya simpulkan pasti ada kendala dalam beribadah secara istiqomah. Yaaaaahh kembali lagi, semua tidak instan, butuh perjuangan, butuh kesabaran, harus memperbanyak melakukannya lagi, harus berusaha menyempurnakan yang sudah pernah dilakukan, dan itu wajib dilakukan secara berkelanjutan.

            Sebenarnya istiqomah telah dicapai apabila kita melakukan suatu ibadah secara berkelanjutan. Sebut saja shalat 5 waktu, mungkin kita memang sudah istiqomah dalam melakukannya meskipun tak dimungkiri masih ada saja waktu yang terlewat entah sengaja maupun tidak disengaja. Saya sebagai penulis memang pernah, hehehehe. Itu adalah ibadah yang biasa, saya katakan begitu karena memang sudah sewajarnya dan seharusnya dilakukan. Disini saya lebih mengajak lagi untuk ibadah sunnahnya saja. Lebih2 untuk ibadah yang sekiranya bisa diusahakan.

            Untuk shalat sunnah, shalat dhuha, mari kita sempatkan saja sekitar 10 menit di antara waktu sebelum matahari tepat diatas kepala untuk melakukannya. Bagi yang di rumah mungkin bisa lebih sering lagi karena memang tidak ada pekerjaan lain. Bagi pelajar, bisa kita manfaatkan jam istirahat sekitar jam 9 atau jam 10 untuk mampir di musholla atau masjid di sekolah. Bagi yang sedang bekerja memang sulit apabila banyak tugas, namun tiada salahnya memantapkan niat dan meluangkan sedikit saja waktunya, begitu juga dengan lainnya.

            Untuk shalat sunnah Tahajud, malam hari 1/3 malam terakhir memang waktu yang baik. Memang setiap wilayah memiliki waktu estimasinya masing2. Untuk wilayah Indonesia WIB khususnya jawa timur seperti saya mungkin waktu yang baik adalah kisaran jam 11.00-12.00 malam ini waktu pertama yang baik, jam 12.00 malam-02.00 dini hari waktu kedua yang dianjurkan pula, dan jam 02.00 dini hari-waktu menjelang Subuh waktu ketiga yang sangat dianjurkan dan paling baik. Memang susah membiasakan bangun malam. Namun kembali, niatkanlah insya Allah niat baik akan terlaksana. Kita bisa memasang alarm jam, alarm hp juga. Setidaknya kita sudah berusaha bangun, entah pada kenyataannya kita gimana. Setidaknya luangkan 15 menit, jika ingin juga berjam-jam  boleh, dengan bacaan Surat Al-Ikhlas dan Al-Kafirun atau surat2 lainnya. Perlu diketahui, shalat Tahajud sangaaaaaaaaatlah baik, berdo’a lah yang khusyuk, beristighfar sebanyak mungkin, curhat apa saja pada Allah, minta apa saja.

            Ada juga shalat sunnah lainnya yang tidak ada spesifik waktu, namun cara dan bacaan shalatnya berbeda dan bahkan lebih banyak lebih panjang. Contohnya saja shalat Taubat, bacaannya memang panjang, hehehehe sebenarnya saya tidak tahu lengkapnya gimana jadi yaa ndak saya bahas. Tapi tetap, silakan dilakukan, dicoba, mau mencoba adalah jalan menuju sikap istiqomah dalam beribadah.

            Pembaca, selain itu juga puasa sunnah, ambil mudahnya saja tapi bisa rutin, puasa senin-kamis (senin dan kamis lhooo). Saya pernah membaca salah satu buku yang bahkan jelas2 mengatakan bahwa belum bisa dikatan umatnya rasul Muhammad SAW kalau belum pernah melakukan puasa sunnah senin-kamis sekalipun, wow!!!!. Ingatkan salah satu hadits nabi bahwa kita harus mengikuti sunnahnya??? Tentu sunnah rasul salah satunya puasa senin-kamis ini. Puasa selain menyehatkan juga membawa berkah. Istri atau ibu tidak perlu banyak2 memasak, pelajar tak perlu dapat uang saku banyak2, heheheheheeee itu hanya pendapat. Kita niatkan paginya bisa sahur, pasang alarm lagi. Alternatifnya lainnya yang lebih baik, kita bisa bangun lebih awal untuk melakukan shalat tahajud baru selesai shalat langsung kita sahur, jadi tidak membuang-buang waktunya, bisa kita teruskan dengan hal lainnya jika ingin sekalian nunggu shalat subuh. Benar2 tidak rugi kalau seperti ini. 1 minggu seenggaknya 1 kali insya Allah bisa kontinyu pada minggu berikutnya juga, maka bisa kita meraih istiqomah untuk puasa sunnah senin-kamis juga shalat tahajudnya.

            Dan Alhamdulillah, saat menulis postingan ini teman saya SMS ada info tentang puasa tanggal 9 dan 10 Muharram. Disebutkan bahwa melakukan puasa ini seolah telah melakukan ibadah selama 2 tahun, dan siapa yang mengingatkan orang lain akan hal ini seolah melakukan ibadah selama 80 tahun… Subhanallah. Jadi mari kita lakukan ini semua. Dan kebetulan juga tanggal 9 atau 10 Muharram besok bertepatan hari senin, mungkin, maka bisa kita niatkan 2 puasa sekaligus, puasa senin-kamis dan puasa muharram ini… ehh maaf, boleh kan?????

Yaaaa masih banyak lagi ibadah sunnah lainnya yang saya juga kurang mengerti tata cara melaksanakannya, hehehe penulis mohon maaf. Nahh istiqomahlah, kita harus terus berusaha berusaha dan berusaha. Sebenarnya tanpa disadari istiqomah ini akan muncul dengan sendirinya. Mungkin salah satu tandanya adalah semakin rutin dalam ibadah. Mari mulai dari awal, mari kita mmenata niat yang baik, mencoba memahami segalanya dengan lebih tepat, mempraktikkannya sebisa mungkin sesering mungkin juga sebaik mungkin. Istiqomah memang susah pada awalnya, namun bila kita terbiasa maka sikap istiqomah dengan sendirinya akan kita raih. Anda tahu? Saat kita mendapat sikap istiqomah lalu kita tidak melakukan hal yang biasanya kita lakukan, maka dengan sendirinya akan muncul rasa dan fikiran yang mengganjal bahwa ada suatu hal yang seharusnya kita lakukan, lalu otomatis kita akan melakukan hal yang kita lupakan tadi, begitu juga juga dengan selanjutnya (seterusnya) kita akan melakukan sikap yang sama bila terlupa, nah beranjak dari sini maka secara tidak langsung kita diajak untuk bisa kontinyu, untuk melakukan hal yang belum kita lakukan tadi. Alhamdulillah, ini pengalaman yang nyata bagi saya. Semoga bermanfaat dan terimakasih.

No comments:

Post a Comment