Setiap orang pasti
pernah beribadah, melakukan ibadah yang umum dilakukan (wajib) sampai
ibadah-ibadah yang sunnah kita kerjakan. Tentu ibadah yang kita lakukan ini
bermacam-macam cara serta aturannya. Untuk kaum muslim, pastinya tak akan asing
dengan kata-kata ibadah wajib dan sunnah, contohnya saja shalat 5 waktu, puasa
ramadhan, zakat fitrah dan mal, membaca mempelajari mengajarkan dan mengamalkan
ajaran pada Al-Qur’an serta Al-Hadits dan masih banyak lainnya. Juga ibadah
sunnah seperti shalat sunnah: Dhuha, tahajud, taubat, istikharah, shalat
gerhana, dll. Ibadah puasa sunnah senin-kamis, puasa syawal, puasa muharram
dll. Zakat yang secara sunnah adalah zakat yang tidak lansung (selain zakat
fitrah dan mal).
Pembaca, kaum muslim, dalam ibadah kita mengenal istilah “istiqomah”
yang secara umum bisa saya definisi sebagai ibadah dengan pendirian teguh, iman kokoh dan dilakukan secara kontinyu atau
berkelanjutan. Memang sulit bila sesuatu tidak dimulai dari 0. Apalagi memulainya
tidak dengan pendasaran yang benar dan tepat. Maka dari itu dalam ibadah kita
harus memantapkan pendasaran kita melakukan ibadah itu untuk apa? Lalu cara dan
aturan dalam suatu ibadah itu seperti apa saja? Kemudian kita praktikkan dan
kita harus bisa memahami diri kita sendiri, sejauh mana kita beribadah (sudah
baikkah atau belum) meskipun sebenarnya hanyalah Allah SWT yang tahu soal kadar
ibadah kita. Setelah berusaha beribadah dengan baik tentunya kita tak boleh
berhenti, karena kesempurnaan tak akan bisa dicapai maka kita haruslah
beribadah secara kontinyu atau “istiqomah” ini. Diharapkan dengan istiqomah
akan memperbaiki dan meningkatkan kadar ibadah kita di mata Allah SWT, lebih
berusaha lagi untuk mencapai kesempurnaan sebisa mungkin (meskipun kesempurnaan
hanya milik-Nya) namun kita tetap diwajibkan untuk berusah mencapai suatu
bentuk ketaqwaan.
Nahh, memang segala
sesuatu tidak ada yang instan, sekalipun mie instan tetap harus direbus dengan
ait dahulu agar matang, begitu juga dengan ibadah, harus kita rebus dulu untuk
mencapai suatu bentuk istiqomah dalam beribadah. Di rebus dalam artian terus
dilakukan, lebih melatih, memperbanyak dll. Pernah saya tanya pada seorang
teman, “pernah nggak ngelakuin shalat sunnah qab’liyah ba’diyah??”. Terus teman
saya menjawab kurang lebih sbb, “pernah, tapi aku belum bisa istiqomah e”. Dari
sini bisa saya simpulkan pasti ada kendala dalam beribadah secara istiqomah.
Yaaaaahh kembali lagi, semua tidak instan, butuh perjuangan, butuh kesabaran,
harus memperbanyak melakukannya lagi, harus berusaha menyempurnakan yang sudah
pernah dilakukan, dan itu wajib dilakukan secara berkelanjutan.
Sebenarnya istiqomah telah dicapai apabila kita melakukan
suatu ibadah secara berkelanjutan. Sebut saja shalat 5 waktu, mungkin kita
memang sudah istiqomah dalam melakukannya meskipun tak dimungkiri masih ada
saja waktu yang terlewat entah sengaja maupun tidak disengaja. Saya sebagai
penulis memang pernah, hehehehe. Itu adalah ibadah yang biasa, saya katakan
begitu karena memang sudah sewajarnya dan seharusnya dilakukan. Disini saya
lebih mengajak lagi untuk ibadah sunnahnya saja. Lebih2 untuk ibadah yang
sekiranya bisa diusahakan.
Untuk shalat sunnah, shalat dhuha, mari kita sempatkan
saja sekitar 10 menit di antara waktu sebelum matahari tepat diatas kepala
untuk melakukannya. Bagi yang di rumah mungkin bisa lebih sering lagi karena
memang tidak ada pekerjaan lain. Bagi pelajar, bisa kita manfaatkan jam
istirahat sekitar jam 9 atau jam 10 untuk mampir di musholla atau masjid di
sekolah. Bagi yang sedang bekerja memang sulit apabila banyak tugas, namun
tiada salahnya memantapkan niat dan meluangkan sedikit saja waktunya, begitu
juga dengan lainnya.
Untuk shalat sunnah Tahajud, malam hari 1/3 malam
terakhir memang waktu yang baik. Memang setiap wilayah memiliki waktu
estimasinya masing2. Untuk wilayah Indonesia WIB khususnya jawa timur seperti
saya mungkin waktu yang baik adalah kisaran jam 11.00-12.00 malam ini waktu
pertama yang baik, jam 12.00 malam-02.00 dini hari waktu kedua yang dianjurkan
pula, dan jam 02.00 dini hari-waktu menjelang Subuh waktu ketiga yang sangat
dianjurkan dan paling baik. Memang susah membiasakan bangun malam. Namun
kembali, niatkanlah insya Allah niat baik akan terlaksana. Kita bisa memasang
alarm jam, alarm hp juga. Setidaknya kita sudah berusaha bangun, entah pada
kenyataannya kita gimana. Setidaknya luangkan 15 menit, jika ingin juga
berjam-jam boleh, dengan bacaan Surat
Al-Ikhlas dan Al-Kafirun atau surat2 lainnya. Perlu diketahui, shalat Tahajud
sangaaaaaaaaatlah baik, berdo’a lah yang khusyuk, beristighfar sebanyak mungkin,
curhat apa saja pada Allah, minta apa saja.
Ada juga shalat sunnah lainnya yang tidak ada spesifik
waktu, namun cara dan bacaan shalatnya berbeda dan bahkan lebih banyak lebih
panjang. Contohnya saja shalat Taubat, bacaannya memang panjang, hehehehe
sebenarnya saya tidak tahu lengkapnya gimana jadi yaa ndak saya bahas. Tapi
tetap, silakan dilakukan, dicoba, mau mencoba adalah jalan menuju sikap
istiqomah dalam beribadah.
Pembaca, selain itu juga puasa sunnah, ambil mudahnya saja tapi
bisa rutin, puasa senin-kamis (senin dan kamis lhooo). Saya pernah membaca
salah satu buku yang bahkan jelas2 mengatakan bahwa belum bisa dikatan umatnya rasul
Muhammad SAW kalau belum pernah melakukan puasa sunnah senin-kamis sekalipun,
wow!!!!. Ingatkan salah satu hadits nabi bahwa kita harus mengikuti
sunnahnya??? Tentu sunnah rasul salah satunya puasa senin-kamis ini. Puasa
selain menyehatkan juga membawa berkah. Istri atau ibu tidak perlu banyak2
memasak, pelajar tak perlu dapat uang saku banyak2, heheheheheeee itu hanya
pendapat. Kita niatkan paginya bisa sahur, pasang alarm lagi. Alternatifnya
lainnya yang lebih baik, kita bisa bangun lebih awal untuk melakukan shalat
tahajud baru selesai shalat langsung kita sahur, jadi tidak membuang-buang
waktunya, bisa kita teruskan dengan hal lainnya jika ingin sekalian nunggu
shalat subuh. Benar2 tidak rugi kalau seperti ini. 1 minggu seenggaknya 1 kali
insya Allah bisa kontinyu pada minggu berikutnya juga, maka bisa kita meraih
istiqomah untuk puasa sunnah senin-kamis juga shalat tahajudnya.
Dan Alhamdulillah, saat menulis postingan ini teman saya
SMS ada info tentang puasa tanggal 9 dan 10 Muharram. Disebutkan bahwa
melakukan puasa ini seolah telah melakukan ibadah selama 2 tahun, dan siapa
yang mengingatkan orang lain akan hal ini seolah melakukan ibadah selama 80
tahun… Subhanallah. Jadi mari kita lakukan ini semua. Dan kebetulan juga
tanggal 9 atau 10 Muharram besok bertepatan hari senin, mungkin, maka bisa kita niatkan 2 puasa sekaligus, puasa
senin-kamis dan puasa muharram ini… ehh maaf, boleh kan?????
Yaaaa masih banyak lagi
ibadah sunnah lainnya yang saya juga kurang mengerti tata cara melaksanakannya,
hehehe penulis mohon maaf. Nahh istiqomahlah, kita harus terus berusaha
berusaha dan berusaha. Sebenarnya tanpa disadari istiqomah ini akan muncul
dengan sendirinya. Mungkin salah satu tandanya adalah semakin rutin dalam
ibadah. Mari mulai dari awal, mari kita mmenata niat yang baik, mencoba
memahami segalanya dengan lebih tepat, mempraktikkannya sebisa mungkin sesering
mungkin juga sebaik mungkin. Istiqomah memang susah pada awalnya, namun bila
kita terbiasa maka sikap istiqomah dengan sendirinya akan kita raih. Anda tahu?
Saat kita mendapat sikap istiqomah lalu kita tidak melakukan hal yang biasanya
kita lakukan, maka dengan sendirinya akan muncul rasa dan fikiran yang
mengganjal bahwa ada suatu hal yang seharusnya kita lakukan, lalu otomatis kita
akan melakukan hal yang kita lupakan tadi, begitu juga juga dengan selanjutnya
(seterusnya) kita akan melakukan sikap yang sama bila terlupa, nah beranjak
dari sini maka secara tidak langsung kita diajak untuk bisa kontinyu, untuk
melakukan hal yang belum kita lakukan tadi. Alhamdulillah, ini pengalaman yang
nyata bagi saya. Semoga bermanfaat dan terimakasih.
No comments:
Post a Comment