Wednesday, July 22, 2015

SAYA ANAK, SAYA COBAAN.. SADARKAH SAYA ???

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”, QS. Al-Anfaal: 28.

 Assalamu’alaykum, Pembaca, syukur alkhamdulillah kita telah dipertemukan dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh ampunan dari-Nya, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu. Dan kini, bulan Syawal serta 11 bulan kedepan, semoga kita tidak pernah berputus asa dari memohon ampunan atas dosa yang pasti kita lakukan kedepannya. Tak lupa penulis ucapkan selamat Hari Anak Nasional, 23 Juli, teruntuk kalian-kalian yang berstatus sebagai “anak”. Bukan hanya anak kecil maupun adik-adik kita namun juga kita yang secara fisik telah dewasa ataupun tua, karena sejatinya kita semua adalah anak dari ibu-bapak kita, benar?

Pembaca yang terhormat, secara tekstual terjemahan dari ayat Al-Qur’an di atas menunjukkan bahwa “anak” sesungguhnya merupakan cobaan bagi kedua orang tua kita, atau bahkan cobaan bagi keluarga kita, masyarakat, juga bangsa ini. Teruntuk anak-anak termasuk diri penulis pribadi, sadarkah bahwa diri kita berstatus “cobaan”? Apakah hadirnya kita membawa dampak positif atau justru sebaliknya? Apakah yang kita perbuat menunjukkan betapa terdidiknya kita atau justru sebaliknya? Apakah diri kita menjadi salah satu jalan bagi orang lain terutama keluarga kita untuk mendapatkan kenikmatan tiada duanya atau justru siksaan tiada henti di akhirat kelak? Bila sudah sadar bahwa kita, sebagai anak, adalah “cobaan” yang nyata bagi keluarga kita, tentunya kita harus berusaha mengerahkan dan mengarahkan setiap langkah dan semangat kita kepada hal-hal yang berdampak positif untuk kehidupan akhirat kelak yang insyaaAllah akan berdampak positif pula pada kehidupan kita di dunia, setuju?

Anak-anak yang terhormat, hehehe, sikap, sifat, dan keseharianlah yang biasanya dinilai orang lain sebagai bentukan dari lingkungan tak terkecuali keluarga kita. Tentunya kita harus bersikap, bersifat, dan melakukan hal-hal yang baik saja dalam koridor islam dengan syarat dan ketentuan bahwa tanpa ada niat untuk pamer terhadap hal-hal yang kita lakukan.

Anak yang #SadarCobaan, sadar bahwa kehadirannya berbanding lurus dengan bertambahnya pengeluaran keluarga. Ingatlah bahwa kita menjadi sebesar ini, mengenyam pendidikan setinggi ini, tidak lain tidak bukan adalah hasil jerih payah keluarga kita. Keluarga membiayai sekolah kita, jangan sampai kita justru tidak mensyukurinya dengan 1001 cara, sebut saja nongkrong tanpa arah, shopping barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, mentraktir rekan-rekan hanya agar dipandang dermawan nan supel, tidak menggunakannya untuk membeli buku penunjang sekolah, apalagi sampai jatuh pada gemerlap dunia game online yang menduakan waktu hidupmu ataupun jatuh pada nikmatnya dunia rokok-merokok yang menggadaikan nyawamu serta rekanmu. Bukan tidak mungkin kelak keluarga harus mempertanggungjawabkan untuk apa hartanya dipakai? Bagaimana bisa digunakan oleh anak untuk hal yang tidak bermanfaat? Bagaimana peran keluarga dalam mendidik anak tentang darimana harta, dibelanjakan untuk apa, digunakan untuk apa saja?

Anak yang #SadarCobaan lebih memilih mengelola uangnya untuk membeli perlatan penunjang pendidikan, membeli buku pelengkap khasanah keilmuan islam kita, sengaja menyisihkan sebagian untuk didonasikan atau disedekahkan rutin, syukur-syukur sengaja menyisihkan sebagian untuk bekal masa depan. Dan alangkah hebatnya seseorang bila sebagian lagi dimanfaatkan untuk merintis usaha kecil-kecilan sebagai langkah nyata menuju anak yang #MandiriFinasial dengan harapan mencoba mengurangi pengeluaran keluarga.

Anak yang #SadarCobaan, sadar bahwa identitas islam harusnya sudah mendarah daging tidak hanya yang tertera pada KTP. Salah satunya adalah penampilan, laki-laki maupun perempuan, sudahkan menjaga “kehormatan” kita dengan pakaian taqwa? Dengan pakaian yang sesuai syariat islam? Seorang muslimah tidak perlu lagi bingung bilamana dihadapkan dengan berbagai mode pakaian, mulai dari atas hingga bawah yang serba ketat seketat jajanan tradisional lepet, atau yang hijabnya masih menerawang indah mahkota dibaliknya, atau model hijab yang aduhai serumit jalanan dipemukiman padat penduduk, model rainbow roll cake yang warna-warni digulung muter-muter kesana kemari, hingga model yang terinspirasi dari eksotisnya bentuk candi, tumpeng, dan punuk unta, atau model hijab sederhana beraksesoriskan kiloan perhiasan mulai dari pernak-pernik, batu permata nan mulia, hingga batu akik.

Anak yang #SadarCobaan, bilamana seorang muslimah, sudah pasti say yes to hijab syar’i, tidak ada namanya mahkota dikibas-kibaskan kesana kemari. Hijab terpilih sudah pasti yang kerudung yang sederhana, tidak dimodel yang aduhai, tidak menerawang alias warna gelap dan agak tebal atau berlapis, dipadu dengan busana longgar yang tidak membentuk lekuk tubuh dari atas hingga bawah, dan jauh lebih cantik dan pantas mengenakan rok, tampil rapi sebagai muslimah seutuhnya. Muslimah yang #SadarCobaan, sadar bahwa diri yang tidak berhijab sesuai syariat bisa menjadi salah satu jalan mulus bagi keluarga untuk gagal mencium bau surga yang sebenarnya bisa tercium dari jarak yang cukup jauh, naudzubillah.

Anak yang #SadarCobaan, sadar bahwa lisan adalah harimau, lisan adalah pisau, lisan adalah salah satu hal yang mendapat prioritas urgent untuk dijaga. Bukan hal langka lagi seorang anak kecil sudah fasih mengumpat ini itu dengan kecepatan 1 umpatan perdetik, atau seorang anak yang terlalu banyak bercanda tertawa saling hina dengan rekannya, atau seorang anak yang tidak ragu untuk ceplas ceplos ini itu tanpa dipikir dahulu dengan siapa dia berceplas-ceplos ria. Bukan tidak mungkin kelak keluarga harus mempertanggungjawabkan bagaimana mendidik lisan anak yang seharusnya bisa terjaga dari pembicaraan tidak bermanfaat, seharusnya bisa digunakan untuk mengedepankan berpikir sebelum berbicara/bertindak, seharusnya bisa jauh lebih banyak mengingat Allah ta’ala, namun pada kenyataan berkata sebaliknya.

Anak yang #SadarCobaan, sadar bahwa lisan sebaiknya diam daripada berbicara hal yang tidak perlu. Lisan sebaiknya dikontrol dari perkataan yang menyayat hati terutama dalam candaan tak bermutu maupun saat amarah menginvasi diri. Lisan sepantasnya banyak mengingat Allah ta’ala dengan banyak bersyukur dan beristighfar. Syukur alkhamdulillah bila lisan ini lebih senang tilawah Al-Qur’an daripada tilawah komik, novel-novel gak jelas sumber galau, atau tilawah ramalan berdasarkan bintang, golongan darah, cara duduk, nomor sepatu, nomor telepon, atau apalah itu. Syukur alkhamdulillah bila lisan ini lebih senang muraja’ah Al-Qur’an daripada berlelah-lelah muraja’ah keburukan dan aib rekan alias nggosip. Syukur alkhamdulillah bila lisan ini kelak menjadi jalan bagi keluarga kita untuk memperoleh persembahan tiada duanya, penghargaan super spesial berupa jubah dan mahkota dari cahaya, dari para hafidz-hafidzah yang tidak lain adalah anaknya, ya, anaknya! Allahumma aamiin.

Dan seorang anak yang #SadarCobaan, sadar akan peringatan “hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, QS. At-Tahrim: 6.

Seorang anak yang #SadarCobaan tidak akan pernah absen mengambil bagian dalam hal mendo’akan diri beserta keluarga agar Allah ta’ala senantiasa menaungi keluarganya dalam ketaatan dan niat yang benar, agar keluarganya senantiasa dimudahkan untuk mengingat Allah dalam kondisi lapang maupun susah, agar keluarga diberikan rizki yang halal lagi thayyib, serta berdo’a agar kelak dihindarkan dari Neraka yang menyala-nyala dan bersama-sama dipertemukan di dalam Surga-Nya, Allahumma aamiin.


Akhirnya, penulis memohon maaf atas perkataan yang kurang berkenan, pujian dalam bentuk apapun tidak ada apa-apanya melainkan hanya cobaan yang kian menambah list cobaan bagi penulis maupun Pembaca sendiri, namun kritik sekecil apapun itu yang membangun insyaaAllah akan bernilai. Masih banyak hal baik lainnya yang bisa kita usahakan sebagai seorang anak yang sadar bahwa dirinya adalah cobaan. Yuk sesama anak-anak kita sama-sama memperbaiki diri, mempelajari islam secara kaffah serta berusaha menerapkannya, terutama saling mengingatkan dan berlomba dalam kebaikan. Wassalamu’alaykum, Anak-anak. (mw)