Assalamu’alaikum, Pembaca. Bagaimana kabarnya??
Semoga sehat ya disana. Mumpung masih ada bau-bau peringatan Hari Kemerdekaan
ke-68 Indonesia, plis rek bukan Hari
kemerdekaan Indonesia ke-68 lho ya,
maknanya beda ini, Indonesia di dunia cuma ada 1 tidak sampai 68. Saya ucapkan
“MERDEKAAA!!” untuk memperingati hari Kemerdekaan Indonesia tentunya terlepas
dari hal-hal lain yang bagi orang tertentu mungkin menyebabkan kata merdeka
belum saatnya disebut, oke? Yaaa apalagi untuk sebagian orang ini sudah tidak merdeka
lagi karena libur panjang telah berlalu dan digantikan rutinitas kerja atau
sekolah seperti biasa, ya kan? Ya kan? Ya kan? sabar ya sabar. Lebih sabar lagi
kalau mau membaca ini, karena sangat panjang tapi semoga tidak membosankan. Have fun!
Penulis curhat sedikit ya, hanya subjektivitas penulis yang belum paham, sering saya heran ketika 17 Agustus, kita memperingati Hari Kemerdekaan kan? Tapi tak sedikit orang yang bilang Indonesia belum merdeka. Tak hanya segelintir orang saja yang berpendapat bahwa Indonesia justru semakin rumit masalahnya. Padahal kita patut menghargai, menghormati, dan mengenang jasa pejuang-pejuang Indonesia terdahulu, salah satunya dengan cara memperingati Hari “Kemerdekaan” tersebut. Setidaknya berkat usaha beliau semua, salah SATU makna “kemerdekaan” bisa tercapai, ya, merdeka karena tak lagi dijajah habis-habisan oleh bangsa lain. Seiring berkembangnya jaman, berkembangnya masalah, berkembangnya mindset, makna merdeka itu juga semakin luas, sehingga banyak orang yang menganggap belum saatnya merdeka, lha karena memang syaratnya semakin banyak e. Bagaimana menurut Anda??.... wes ya curhatnya :)
Hayooo,
siapa yang ikut upacara spesial memperingati Hari Kemerdekaan RI?? Curhat lagi deh ya plis baca, kalau mau sih,
hehe. Bagi penulis pribadi, upacara
ini cukup penting. Secara umum upacara dilakukan sebagai bentuk penghormatan. Ada
yang berpendapat pasti ya seperti upacara biasanya. Eits, pasti beda! Beda prosesi pengibaran? Beda kompetensi
pengibar? Beda pidato? Beda bendera? Wooo
jangan sampai beda bendera, warga negara mana you?!! Hahaha. Pembaca,
secara khusus beda dalam pemaknaannya. Kalau upacara rutin pagi dengan upacara
Hari Kemerdekaan itu sama-sama saja feel
nya yaaa apalah arti penghormatan. Apalagi kalau upacara rutin saja kurang
serius, lha how about upacara yang
spesial? Eh terbalik gak ya? Hehe. Pak, Bu, Mas, Mbak, lebih dari itu upacara kan juga melatih
kita untuk disiplin, kalau upacara yang serius, kalau ada pidato ya
mendengarkan tidak hanya dengar, menghormati peserta lain, nah kalau terlalu
lama berdiri boleh pingsan kok pasti banyak followernya,
nah lho. Suatu kehormatan juga
kebetulan penulis mendapat kesempatan secara langsung mengikuti jalannya
upacara di Istana Merdeka! Alhamdulillah, via televisi. Tapi tetap saja keeeeyeeeeen. Oke ah, bagaimana menurut
Anda, seberapa penting upacara tersebut?? :)
Pembaca yang terhormat, curhatan terakhir. Dulu jamannya
penulis masih aaawwuunyu-unyu imoet-imoet,
sebenarnya sekarang masih sih hanya
saja imut-imut kadaluwarsa jadi amit-amit, sering diadakan lomba-lomba untuk
memeriahkan lho. Siapa yang tidak tahu lomba makan karung? Lomba balap pinang? Lomba
panjat kerupuk? Lomba merias kampung? Perang bantal guling kasur? Hwiiiih. Siapa sangka ya
kompak-kompaknya masyarakat, kumpul-kumpul, senang bersama, tertawa bersama, bahagia
menjadi satu, serasa mendapatkan berbagai makna lain dari “Kemerdekaan” yang
tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Bagaimana dengan daerah Anda? Apakah hal
yang saya sebutkan diatas masih eksis?? I
hope so ^_^
Oke, sekarang saatnya saya suguhi apa kata orang dan
apa kata penulis. Orang menganggap Indonesia belum laik disebut negara yang
merdeka. Hukum? Hwooo siapa yang
tidak tahu kalau Indonesia itu negara hukum? Pernah dengar istilah mafia hukum?...
HAM? Berapa banyak manusia yang hingga saat ini diperlakukan tidak
sepantasnya?... Korupsi Kolusi Nepotisme? Semakin banyak yang terungkap, alhamdulillah,
kerugian ditanggung rakyat? So pasti…
Ekonomi? Masih menemui orang yang meminta-minta diperempatan? Masih menemui
anak-anak yang dipaksa bekerja? Miris kalau iya... Strata sosial? Atas, tengah,
bawah? Urusan rakyat kecil ya urusan mereka sendiri, yang penting urusan
petinggi tercapai… Pendidikan? Kalau sudah sip
gak bakal ada social movement
dibidang pendidikan, tidak akan ada anak-anak yang tidak menikmati pendidikan
minimal sampai kuliah, hehe…
Kesehatan? Masih ada orang sakit yang tersisihkan… Kebudayaan? Tak sedikit anak
kecil yang tak tahu permainan tradisional, tak sedikit yang tak tahu nama
pakaian adat khas daerah, bahkan ada yang dengan sengaja acuh bila kebudayaan
kita diambil bangsa lain… Bagaimana dengan Agama??? Saya belum bisa memberi contoh...
Daaaaaan masih banyak sektor dengan permasalahannya masing-masing ya ^_^
Pembaca terhormat, mungkin Anda memiliki kriteria “merdeka”nya
jaman sekarang?? Penulis pribadi meyakini bahwa orang-orang yang membaca ini
memiliki kompetensi masing-masing. Pasti ada yang kompeten dibidang hukum,
sosial politik, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, agama, dan lainnya, plis yakinlah pada kemampuan kalian.
Okelah sekarang fakta menyuguhkan permasalahan diberbagai sektor kian sulit,
rumit, komplit pula dari A sampai Z, beeuuuhh.
Tentunya tak bisa jika kita berusaha merestorasi semua permasalahan tersebut,
secaraaa ilmunya beragam. Namun ingatlah, berapa banyak teman, keluarga, maupun
masyarakat yang kita kenal, pasti memiliki visi misi yang sama. Puluhan sektor
ya harus dengan puluhan, ratusan, ribuan, ratus ribu, juta, milyar, triliyunan,
pokoknya pokok ayam berkokok itu banyak orang alias mau tidak mau BEKERJA SAMA.
Kau dengan kompetensimu dibidangmu, saya dengan kompetensi saya dibidang saya,
mereka dengan dengan kompetensi mereka ya dibidang mereka. Visinya satu,
Indonesia merdeka. Misinya itu tadi mengatasi permasalahan diberbagai sektor
sekalipun masalah itu tak akan berhenti datangnya. Setidaknya semangat
pejuang-pejuang terdahulu “seakan” kita warisi, sehingga kita akan memiliki
mindset pada perubahan yang lebih baik. Mulai dari diri sendiri memang. Tidak
etis kalau pejuang terdahulu bajunya robek-robek, tumpah darah begitu banyak,
namun semangat juangnya tak pernah padam, sedangkan kita sekarang maunya serba
instan, ketumpahan air saja sudah jerit-jerit, semangat juang runtuh dengan
mudahnya kalau terkena efek galau, dan lainnya deh apalah itu.
Pembaca, jangan lupa kalau kita akan mewariskan bumi
Indonesia kepada generasi berikutnya. Beri contoh yang baik, benar, dan nyata.
Selalu beri motivasi untuk ikut mengusahakan makna kemerdekaan “yang belum
tercapai”, oke? Kurangnya saya mohon maaf, perkataan yang meninggung,
membelenggu, mencekik, menusuk, maupun membunuh mohon dimaklumi dan dimaafkan (harus!).
Semoga bermanfaat meskipun gak jelas manfaatnya… MERDEKAAA!!!... Terima kasih,
wassalamu’alaikum ^_^
No comments:
Post a Comment