Tuesday, January 13, 2015

AL-QUR'AN DI TANGAN KITA.. IBARAT TUMPUKAN KITAB, TONGKAT, ATAU MU'JIZAT


Assalamu’alaykum, syukur alkhamdulillah semoga selalu terucap dari mulut dan hati yang tiada hari tanpa melakukan dosa. Alkhamdulillah atas segala nikmat super spesial yaitu islam dan iman yang diberikan Allah Ta’ala. Lebih-lebih bersyukur atas ilmu yang Allah titipkan kepada kita sehingga kita dengan ikhlas mau mengucap suatu kata yang insyaaAllah akan menambah nikmat yang diberikan oleh-Nya. Perlu kita sadari, ilmu yang dititipkan oleh Allah kepada kita ibarat setetes air di lautan dan lautan tersebut ternyata tidak cukup bila dijadikan tinta untuk menuliskan seluruh ilmu Allah.

Pembaca yang terhormat, ilmu yang dititipkan Allah kepada kita secara nyata tertuang dalam mu’jizat Rasulullah Muhammad, yaitu Al-Qur’an. Sebagai umat islam, ibarat guidebook wajib yang memandu hidup kita berkualitas di dunia dan insyaaAllah selamat di akhirat kelak. Guidebook sudah pasti berisi hal standar, pengenalan, perakitan atau perawatan, peringatan, masalah, beserta solusinya.

Namun ibarat guidebook, adakalanya dibaca terlebih dahulu karena ingin tahu segalanya secara detail dan menyeluruh, adakalanya dibaca sebagai buku biasa atau hanya ketika benar-benar di butuhkan, dan adakalanya guidebook tersebut masih terbungkus rapi tidak tersentuh sedikitpun meskipun kita tahu. Begitu juga Al-Qur’an. Kalau kata salah satu guru saya, Al-Qur’an di tangan umat islam itu ada 3 kondisi.

Pertama, tidak tersentuh sedikitpun meskipun kita tahu. Yuk buka Al-Qur’an, surat Al Jumu’ah ayat 5, dijelaskan disitu ibarat tumpukan kitab yang dipikul seekor keledai. Keledai tahu bahwa dipunggungnya ada barang tapi dia tidak tahu untuk apa barang tersebut, bahkan mungkin tidak tahu untuk apa dia harus susah payah membawa barang tersebut. Lebih asyik merumput atau melepas dahaga di sungai. Kita punya Al-Qur’an, diletakkan di rak, sudah selesai. Tidak sempat ditengok pun tidak terlintas pula dibenak untuk sekali saja mendapatkan 10 kebaikan dari 1 huruf dalam Al-Qur’an.

Kedua, dibaca sebagai buku biasa atau ketika butuh saja. Yuk buka Al-Qur’an lagi, surat Thaahaa ayat 18, dijelaskan ibarat tongkat milik Nabi Musa sebelum menjadi mu’jizat beliau. Sebatas tongkat pada umumnya untuk membantu berjalan dan bertumpu, sebagai alat mengambil dedaunan untuk hewan ternak, dan sebagainya. Al-Qur’an dibaca saja, salah maupun benar pengucapannya, mengerti maupun tidak terkait terjemahan dan asbabun nuzulnya, tidak begitu peduli. Tidak begitu mementingkan hikmah tersembunyi dibalik setiap kisah sejarah, perumpamaan, peringatan, dan sebagainya.

Ketiga, ingin tahu lengkap hingga detailnya. Yuk buka lagi dan lagi Al-Qur’an surat Asy Syu’araa’ ayat 63, dijelaskan ibarat tongkat Nabi Musa yang telah menjadi mu’jizat membelah lautan sebagai jalan keluar untuk kaumnya dari kejaran Fir’aun dan kawan-kawan. Al-Qur’an dianggap sebagai sebuah mu’jizat. Apapun masalahnya solusinya ada, apapun yang tercantum kebenarannya terjamin, apapun yang tertulis disitu dilindungi dan langsung dijamin oleh Allah Ta’ala. Ada penyakit belum ditemukan obatnya? Ada di Al-Qur’an. Mau cari solusi masalah perekonomian negara? Ada di Al-Qur’an. Mau mengetahui strategi perang dan pertahanan? Ada banyak sejarahnya di Al-Qur’an. Mau apa lagi hayooo? Tidak kunjung dapat jodoh? Pasti sudah tahu jawabannya.

Kita juga lebih percaya fenomena alam sebagai kuasa Allah bukan sebagai hal mistis. Kita lebih semangat meneliti hal berdasar Al-Qur’an daripada penelitian yang tidak jelas tujuannya. Semangat membaca, menghafal, mentadabburi, mengamalkan, dan mengajarkan, bahkan itu semua menandingi kesibukan kita sehari-hari.

Pembaca yang dirahmati Allah, dari ketiga kondisi tersebut, kita sudah bisa tahu seberapa dekat dan seberapa besar kecintaan kita pada Al-Qur’an. Oleh karena itu, yuk sama-sama selalu memperbaiki diri, dalam hal ini perlakuan kita terhadap kitab Al-Qur’an. Bersama, mulai menyadari bahwa Al-Qur’an lah sumber informasi dan sebenar-benarnya petunjuk. Tidak hanya dimiliki dan disimpan, tapi juga dibaca, khatam dan dihafal, ditadabburi hikmah dan kaitannya dengan masa kini, serta diamalkan dalam segala lini kehidupan, tak lupa kita ajarkan karena sebaik-baik manusia adalah yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Yang pasti islam itu tak lekang oleh jaman dan tempat, rahmatan lil ‘alamin dulu, sekarang, dan selamanya. Mohon maaf bila ada pemahaman yang berbeda, kritik selalu dinanti untuk perbaikan. Terima kasih dan wassalamu’alaykum. (mw)