Tuesday, December 13, 2011

UJIAN KENIKMATAN


Ujian dari Tuhan. Hal ini oleh mayoritas masyarakat tentu identik dengan suatu bentuk cobaan yang membuat orang tersebut kesusahan, merasa sengsara, merasa kehilangan seseorang atau mungkin harta bendanya. Ya, memang ini adalah bentuk ujian dari Tuhan. Ini adalah contoh bentuk ujian yg “menyusahkan” menurut kita. Namun sebenarnya Tuhan sangatlah adil dalam memberi ujian. Ujian/cobaan tidak hanya sekedar yang menyusahkan kita, namun juga cobaan yang membuat kitaa merasa senang, bangga, merasa dihormati, dll. Bisa saya katakan hal ini sebagai “Ujian Kenikmatan”.


Pembaca, ujian kenikmatan bisa dimaknai “ujian” yang sebaliknya malah membuat orang senang, lebih sempit lagi senang dan puas akan “kenikmatan duniawi”. Kenikmatan duniawi memang banyak, secara umum yang biasa kita sadar seperti halnya harta, wanita, pangkat/jabatan. Bahkan 3 hal tersebut menjadi “kenikmatan” yang sebenarnya paling berbahaya yang diberikan oleh Tuhan. Macam seperti ini mampu menjerumuskan kita kearah duniawi yang lebih dari apapun itu. Banyak contohnya: yang gila harta, mereka berlomba-lomba mengumpulkan memperbanyak atau bahkan menggandakan harta mereka tanpa tujuan yang jelas mengapa hal-hal tidak berguna semacam itu dilakukan, lupa jika sebenarnya mereka dianjurkan atau bahkan diharuskan untuk bersedekah dan berzakat. Mereka yang punya pangkat dan kekuasaan saking senangnya hingga membuat bawahannya sendiri kesusahan hanya demi menyenangkan atasan, mereka lupa tentang adanya kesamaan hak, lupa akan penghargaan atas jasa orang lain dsb. Lebih-lebih (mohon maaf) mereka yang gila akan pasangannya, hingga tega dan berani melakukan hal-hal yang tak patut dilakukan. Naudzubillah….


Sejauh ini, kenikmatan yang tersebut diatas tentunya hanya bisa dilakukan karena adanya kenikmatan akan “kesehatan” dan “waktu luang”. Mengapa demikian?....

Pembaca, Kesehatan, salah satu hal yang penting untuk beraktivitas atau melakukan kegiatan. Saat Tuhan memberikan kesehatan, maka kita diminta untuk menjaganya. Karena betapa sulitnya apabila kesehatan itu sudah diambil kembali oleh Sang Pencipta. Haruslah kita jaga kesehatan itu dengan melakukan aktivitas yang baik untuk kesehatan biasanya melakukan olah raga rutin dan mengkonsumsi makanan yang bergizi baik. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati???. Dengan kesehatan yang alhamdulillah baik, maka tidak ada alasan bagi kita untuk bermalas-malasan. Dalam artian saat tubuh kita fit haruslah kita berniat untuk melakukan suatu aktivitas, tentunya aktivitas yang bermanfaat. Lebih-lebih kita saaaaaangat dianjurkan untuk beribadah dengan kondisi tubuh yang alhamdulillah sehat.

Ini yang lebih saya tekankan. Namun saat kesehatan kita diambil oleh Tuhan sebut saja saat kita sakit, entah itu sakit apa, tetaplah berorientasi bahwa kita tetap bisa melakukan aktivitas meskipun tidak maksimal. Mungkin aktivitas yang biasanya kita lakukan bisa terganggu akibat sakit, tapi tetap, jangan lupakan tujuan diberikannya kesehatan adalah untuk mendukung ibadah kita. Saat sakit betapa baiknya Tuhan memberikan keringanan pada kita. Kita jadi bisa tetap beribadah seperti biasa maupun kondisi fisik kita agak terganggu. Mulailah punya fikiran “Sakit itu bukan halangan, namun adalah untuk penyemangat”. Anda tahu? Saat kita sakit, banyak saya baca referensi yang mengatakan bahwa sakit itu sebagai kenikmatan, mengapa demikian? Ada yang berpendapat bahwa Tuhan berusaha mengurangi dosa-dosa kita terdahulu dengan memberikan sakit tersebut, alhamdulillah. Tentunya orang yang paling beruntung adalah orang-orang yang tetap sabar dan optimis akan hidupnya sekalipun dalam kondisi tubuh yang tidak mumpuni. Berlanjut dari tujuan kesehatan adalah waktu.


Lalu, Waktu, Tuhan melengkapi kehidupan kita dengan sesuatu yang disebut waktu. Tidak lain tidak bukan waktu digunakan untuk penentu segala hal. Adanya waktu telah mengungkapkan berbagai macam sejarah serta detailnya; waktu digunakan untuk mengetahui suatu estimasi tertentu seperti waktu kelahiran, waktu melakukan kegiatan, waktu untuk ini dan itu; bahkan waktu digunakan sebagai penanda sesuatu yang tidak kita ketahui mulainya. Waktu untuk mengatur. Waktu untuk menertibkan. Waktu sebagai alat bantu segala kegiatan. Dalam melakukan kegiatan kita pasti mengacu pada waktu, jam berapa? tanggal berapa? bulan apa? kapan? Berakhir kapan? Dll. Lepas dari kegiatan, maka kita pasti mempunyai suatu kelonggaran antara kegiatan satu dengan lainnya yang biasa disebut “waktu luang”.

Sebenarnya seluruh waktu kapanpun itu adalah waktu luang apabila tidak kita isi dengan kegiatan. Nahh, pembaca, kegiatan inilah yang perlu dipertanyakan. Sebagai ujian dari Tuhan, saya dapat berasumsi ujian waktu luang adalah bagaimana dan untuk apa waktu kita gunakan dalam kehidupan ini. Entah melakukan kegiatan yang baik entah yang buruk kembali pada individu masing-masing. Hal ini semua pasti dan tentu akan dipertanggungjawabkan pada Tuhan kelak. Oleh karena itu, marilah kita “manage” waktu kita dengan baik khususnya lagi lakukan hal-hal yang bermanfaat saja, bermanfaat bagi diri sendiri serta orang lain yang mana akan kembali lagi sebagai manfaat untuk kita kelak di hari akhir.

24 jam adalah waktu yang sering menjadi acuan kita dalam kehidupan sehari-hari. Entah bagaimana kita membaginya pasti sesuai individu dengan kegiatannya masing masing. Gunakan waktu untuk hal yang bermanfaat seperti sekolah, les dan bekerja, hal ini seakan kita sudah berjuang di jalan Tuhan tentunya dengan niat dan tujuan yang benar. Selepas itu, bisa kita mungkin ada kegiatan di rumah. Nah, setelah semua kegiatan inti selesai, maka adakalanya kita manfaatkan waktu luang, biasanya untuk bersantai, berkumpul dengan keluarga atau dengan teman, mengisinya untuk hobby kita, sekedar membaca, dll. Bagi umat islam, mungkin lebih bermanfaat lagi seperti melakukan ibadah shalat sunnah disamping shalat wajib, mungkin bisa shalat dhuha, qab’liyah ba’diyah, dll. atau bisa juga membaca Al-Qur’an bila ada waktu luang. Barulah jika kita sudah lelah maka kita bisa benar-benar beristirahat (tidur) hal ini juga demi alasan kesehatan untuk melakukan kegiatan hari berikutnya.

Hal yang paling . . . . . adalah tentang hidup kita. Kapan kita akan kembali pada Pencipta??? Tentu kita tidak akan tahu. Kesehatan kita tak dapat menjadi penentu, karena tak sedikit orang sehat justru kembali dahulu. Pun waktu tidak dapat menjawab pertanyaan ini karena Tuhan lah yang merahasiakan dan mahatahu segalanya termasuk hal yang tidak diketahui manusia. Jadi mulai sekarang sebelum terlambat, mari kita siapkan segalanya, kita gunakan nikmat kesehatan dan waktu luang untuk melakukan segala hal yang seharusnya lebih berorientasi untuk kehidupan kelak. Mari kita siapkan bekal untuk masa depan (kehidupan sebenarnya) tentunya dengan amalan ibadah. Ibadah, semua hal baik adalah ibadah, maka gunakanlah kesehatan juga waktumu untuk beribadah dengan baik.
Terima kasih, syukran….

Saturday, December 3, 2011

IBADAH BERKELANJUTAN


Setiap orang pasti pernah beribadah, melakukan ibadah yang umum dilakukan (wajib) sampai ibadah-ibadah yang sunnah kita kerjakan. Tentu ibadah yang kita lakukan ini bermacam-macam cara serta aturannya. Untuk kaum muslim, pastinya tak akan asing dengan kata-kata ibadah wajib dan sunnah, contohnya saja shalat 5 waktu, puasa ramadhan, zakat fitrah dan mal, membaca mempelajari mengajarkan dan mengamalkan ajaran pada Al-Qur’an serta Al-Hadits dan masih banyak lainnya. Juga ibadah sunnah seperti shalat sunnah: Dhuha, tahajud, taubat, istikharah, shalat gerhana, dll. Ibadah puasa sunnah senin-kamis, puasa syawal, puasa muharram dll. Zakat yang secara sunnah adalah zakat yang tidak lansung (selain zakat fitrah dan mal).

            Pembaca, kaum muslim, dalam ibadah kita mengenal istilah “istiqomah” yang secara umum bisa saya definisi sebagai ibadah dengan pendirian teguh, iman kokoh dan dilakukan secara kontinyu atau berkelanjutan. Memang sulit bila sesuatu tidak dimulai dari 0. Apalagi memulainya tidak dengan pendasaran yang benar dan tepat. Maka dari itu dalam ibadah kita harus memantapkan pendasaran kita melakukan ibadah itu untuk apa? Lalu cara dan aturan dalam suatu ibadah itu seperti apa saja? Kemudian kita praktikkan dan kita harus bisa memahami diri kita sendiri, sejauh mana kita beribadah (sudah baikkah atau belum) meskipun sebenarnya hanyalah Allah SWT yang tahu soal kadar ibadah kita. Setelah berusaha beribadah dengan baik tentunya kita tak boleh berhenti, karena kesempurnaan tak akan bisa dicapai maka kita haruslah beribadah secara kontinyu atau “istiqomah” ini. Diharapkan dengan istiqomah akan memperbaiki dan meningkatkan kadar ibadah kita di mata Allah SWT, lebih berusaha lagi untuk mencapai kesempurnaan sebisa mungkin (meskipun kesempurnaan hanya milik-Nya) namun kita tetap diwajibkan untuk berusah mencapai suatu bentuk ketaqwaan.

Nahh, memang segala sesuatu tidak ada yang instan, sekalipun mie instan tetap harus direbus dengan ait dahulu agar matang, begitu juga dengan ibadah, harus kita rebus dulu untuk mencapai suatu bentuk istiqomah dalam beribadah. Di rebus dalam artian terus dilakukan, lebih melatih, memperbanyak dll. Pernah saya tanya pada seorang teman, “pernah nggak ngelakuin shalat sunnah qab’liyah ba’diyah??”. Terus teman saya menjawab kurang lebih sbb, “pernah, tapi aku belum bisa istiqomah e”. Dari sini bisa saya simpulkan pasti ada kendala dalam beribadah secara istiqomah. Yaaaaahh kembali lagi, semua tidak instan, butuh perjuangan, butuh kesabaran, harus memperbanyak melakukannya lagi, harus berusaha menyempurnakan yang sudah pernah dilakukan, dan itu wajib dilakukan secara berkelanjutan.

            Sebenarnya istiqomah telah dicapai apabila kita melakukan suatu ibadah secara berkelanjutan. Sebut saja shalat 5 waktu, mungkin kita memang sudah istiqomah dalam melakukannya meskipun tak dimungkiri masih ada saja waktu yang terlewat entah sengaja maupun tidak disengaja. Saya sebagai penulis memang pernah, hehehehe. Itu adalah ibadah yang biasa, saya katakan begitu karena memang sudah sewajarnya dan seharusnya dilakukan. Disini saya lebih mengajak lagi untuk ibadah sunnahnya saja. Lebih2 untuk ibadah yang sekiranya bisa diusahakan.

            Untuk shalat sunnah, shalat dhuha, mari kita sempatkan saja sekitar 10 menit di antara waktu sebelum matahari tepat diatas kepala untuk melakukannya. Bagi yang di rumah mungkin bisa lebih sering lagi karena memang tidak ada pekerjaan lain. Bagi pelajar, bisa kita manfaatkan jam istirahat sekitar jam 9 atau jam 10 untuk mampir di musholla atau masjid di sekolah. Bagi yang sedang bekerja memang sulit apabila banyak tugas, namun tiada salahnya memantapkan niat dan meluangkan sedikit saja waktunya, begitu juga dengan lainnya.

            Untuk shalat sunnah Tahajud, malam hari 1/3 malam terakhir memang waktu yang baik. Memang setiap wilayah memiliki waktu estimasinya masing2. Untuk wilayah Indonesia WIB khususnya jawa timur seperti saya mungkin waktu yang baik adalah kisaran jam 11.00-12.00 malam ini waktu pertama yang baik, jam 12.00 malam-02.00 dini hari waktu kedua yang dianjurkan pula, dan jam 02.00 dini hari-waktu menjelang Subuh waktu ketiga yang sangat dianjurkan dan paling baik. Memang susah membiasakan bangun malam. Namun kembali, niatkanlah insya Allah niat baik akan terlaksana. Kita bisa memasang alarm jam, alarm hp juga. Setidaknya kita sudah berusaha bangun, entah pada kenyataannya kita gimana. Setidaknya luangkan 15 menit, jika ingin juga berjam-jam  boleh, dengan bacaan Surat Al-Ikhlas dan Al-Kafirun atau surat2 lainnya. Perlu diketahui, shalat Tahajud sangaaaaaaaaatlah baik, berdo’a lah yang khusyuk, beristighfar sebanyak mungkin, curhat apa saja pada Allah, minta apa saja.

            Ada juga shalat sunnah lainnya yang tidak ada spesifik waktu, namun cara dan bacaan shalatnya berbeda dan bahkan lebih banyak lebih panjang. Contohnya saja shalat Taubat, bacaannya memang panjang, hehehehe sebenarnya saya tidak tahu lengkapnya gimana jadi yaa ndak saya bahas. Tapi tetap, silakan dilakukan, dicoba, mau mencoba adalah jalan menuju sikap istiqomah dalam beribadah.

            Pembaca, selain itu juga puasa sunnah, ambil mudahnya saja tapi bisa rutin, puasa senin-kamis (senin dan kamis lhooo). Saya pernah membaca salah satu buku yang bahkan jelas2 mengatakan bahwa belum bisa dikatan umatnya rasul Muhammad SAW kalau belum pernah melakukan puasa sunnah senin-kamis sekalipun, wow!!!!. Ingatkan salah satu hadits nabi bahwa kita harus mengikuti sunnahnya??? Tentu sunnah rasul salah satunya puasa senin-kamis ini. Puasa selain menyehatkan juga membawa berkah. Istri atau ibu tidak perlu banyak2 memasak, pelajar tak perlu dapat uang saku banyak2, heheheheheeee itu hanya pendapat. Kita niatkan paginya bisa sahur, pasang alarm lagi. Alternatifnya lainnya yang lebih baik, kita bisa bangun lebih awal untuk melakukan shalat tahajud baru selesai shalat langsung kita sahur, jadi tidak membuang-buang waktunya, bisa kita teruskan dengan hal lainnya jika ingin sekalian nunggu shalat subuh. Benar2 tidak rugi kalau seperti ini. 1 minggu seenggaknya 1 kali insya Allah bisa kontinyu pada minggu berikutnya juga, maka bisa kita meraih istiqomah untuk puasa sunnah senin-kamis juga shalat tahajudnya.

            Dan Alhamdulillah, saat menulis postingan ini teman saya SMS ada info tentang puasa tanggal 9 dan 10 Muharram. Disebutkan bahwa melakukan puasa ini seolah telah melakukan ibadah selama 2 tahun, dan siapa yang mengingatkan orang lain akan hal ini seolah melakukan ibadah selama 80 tahun… Subhanallah. Jadi mari kita lakukan ini semua. Dan kebetulan juga tanggal 9 atau 10 Muharram besok bertepatan hari senin, mungkin, maka bisa kita niatkan 2 puasa sekaligus, puasa senin-kamis dan puasa muharram ini… ehh maaf, boleh kan?????

Yaaaa masih banyak lagi ibadah sunnah lainnya yang saya juga kurang mengerti tata cara melaksanakannya, hehehe penulis mohon maaf. Nahh istiqomahlah, kita harus terus berusaha berusaha dan berusaha. Sebenarnya tanpa disadari istiqomah ini akan muncul dengan sendirinya. Mungkin salah satu tandanya adalah semakin rutin dalam ibadah. Mari mulai dari awal, mari kita mmenata niat yang baik, mencoba memahami segalanya dengan lebih tepat, mempraktikkannya sebisa mungkin sesering mungkin juga sebaik mungkin. Istiqomah memang susah pada awalnya, namun bila kita terbiasa maka sikap istiqomah dengan sendirinya akan kita raih. Anda tahu? Saat kita mendapat sikap istiqomah lalu kita tidak melakukan hal yang biasanya kita lakukan, maka dengan sendirinya akan muncul rasa dan fikiran yang mengganjal bahwa ada suatu hal yang seharusnya kita lakukan, lalu otomatis kita akan melakukan hal yang kita lupakan tadi, begitu juga juga dengan selanjutnya (seterusnya) kita akan melakukan sikap yang sama bila terlupa, nah beranjak dari sini maka secara tidak langsung kita diajak untuk bisa kontinyu, untuk melakukan hal yang belum kita lakukan tadi. Alhamdulillah, ini pengalaman yang nyata bagi saya. Semoga bermanfaat dan terimakasih.