Friday, May 1, 2015

SEMANGAT HARI PENDIDIKAN: KARENA KITA MENGAKU PEDULI

Assalamu’alaykum, Pembaca. Alkhamdulillah, semoga selalu terucap dari mulut dan hati yang dikaruniakan Allah ta’ala kepada kita. Kalau Allah tidak meridhoi sepersekian tetes ilmu-Nya mendarah daging pada mulut dan hati ini, mungkinkah rasa syukur ini bisa kita rasakan? Pembaca yang terhormat, tak lupa penulis ucapkan selamat hari libur bagi mereka yang sadar hari ini tanggal merah dan selamat Hari Pendidikan Nasional bagi mereka yang sadar hari ini tanggal 2 Mei, hehe.

Meski bertepatan dengan long weekend, harinya bersantai, harinya berlibur ke destinasi favorit kita, semoga tidak mengurangi semangat Hari Pendidikan ini dalam setiap waktu kita. Karena sejatinya menuntut ilmu itu mulai dari kita dilahirkan sampai masuk liang lahat kembali pada Sang Pemilik dan Pemberi Ilmu-ilmu kita selama singgah di dunia.

Pembaca yang dirahmati Allah ta’ala, berbicara masalah pendidikan tentu kita tidak akan lupa dengan pemberitaan beberapa anak kecil sudah terbiasa merokok oleh karena teman mainnnya sekaliber perokok, kan? Atau pelajar yang melakukan adegan asusila pada rekannya oleh karena menonton tayangan tak bermoral? Atau pelajar yang awalnya terpaksa namun akhirnya menikmati asupan rutin tembakau oleh karena gengsi atau takut dikata gak gaul oleh teman ngopinya?

Atau mereka yang merayakan kelulusan dengan foya-foya dan pesta pakaian dalam oleh karena trend? Atau mereka yang kecanduan game online sampai lupa sekolah, lupa makan, bahkan lupa rumah, oleh karena ajakan rekan dekatnya? Atau yang asyik nih seorang bocah SD tewas setelah dikeroyok rekan-rekannya oleh karena meniru tontonan televisi yang tak layak? Sungguh, inilah potret kisi kristal dari Zamrud Khatulistiwa. #PedulikahKita

Media pun ramai memberitakannya seakan hal yang lumrah terjadi di sudut manapun dari Indonesia. Pun siapa sangka bisa jadi pemberitaan semacam itu justru menjadi senjata makan tuan, satu sisi menginformasikan untuk waspada di lain sisi melakukan hal tersebut sudah biasa dan bisa dimaklumi adanya. Sungguh, dalamnya laut kita tahu namun apa yang ada di dalam hati (pikiran) orang lain, kita tak tahu. #PedulikahKita

Pembaca tercinta, sudah sejauh mana rasa peduli kita terhadap generasi penerus Indonesia ini? Ada yang peduli dengan turut berduka, turut merasa miris, dan prihatin terhadap hal-hal tersebut, itukah kita? Ada yang peduli dengan langsung terjun melakukan edukasi pascakejadian itu terjadi pada masyarakat, itukah kita? Ada yang peduli dengan melakukan berbagai gerakan penyelamatan dengan hastag #SaveIndonesia dan aksi nyata habis-habis, itukah kita? Yuuuk kita apresiasi mereka yang mengusahakan hal-hal tersebut, inilah potret terang kisi Zamrud Khatulistiwa tercinta.

#PedulikahKita dengan generasi penerus Indonesia? Jawabannya adalah seberapa kita peduli dengan pribadi kita ini. Ya, bila kita peduli dengan nasib generasi penerus maka kita akan bersikap bagaimana seharusnya kita bersikap sebagai seorang negarawan yang visioner. Bukan karena yang dahulu, namun karena kita yang sekarang!

Kita mau generasi mendatang bukanlah generasi penyakitan kanker paru maupun kantong kering? Apakah kita masih berinteraksi dan berteman akrab dengan rokok? Masihkah kita menyisihkan sebagian harta kita untuk pabrik rokok? Masihkah kita gengsi dan sungkan kalau kumpul dengan teman lalu tidak membawa lintingan tembakau plus pematiknya? Masih adakah anggota keluarga kita yang merokok? Apakah kita masih saja tenang dengan semerbak asap rokok yang kita hirup, yang dihirup oleh adik-adik kita, oleh anak-anak kita? Karena mereka melihat, mereka meniru.

Sebagai gantinya, yuuuk latih diri ini, adik, anak, bahkan kerabat kita untuk memanfaatkan uang dengan benar dan tepat guna. Ajak untuk menyisihkan uang jajannya bukan untuk jajanan yang lain, namun untuk sedekah ataupun infaq. Dan wajib kita bimbing, kita contohkan, serta kita beritahu berbagai manfaat sedekah atau infaq yang kita atau orang lain rasakan dan yang akan kita perloleh kelak.

Kita mau generasi mendatang bukanlah generasi pegiat asusila? Apakah kita masih suka menonton tayangan yang memperlihatkan aurat? Sudahkah kita mengganti channel televisi kesayangan keluarga manakala ada adegan seronok di dalamnya? Apakah mata “liar” kita masih belum cukup terkontrol?

Yuuuk kita kontrol hawa nafsu kita dengan melatih diri untuk menjaga pandangan, tertunduk malu bila berpapasan dengan mereka yang mengalihkan dunia kita, melatih mata supaya tidak jelalatan “liar” memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan pakaian, lebih-lebih kita latih kita dengan berpuasa. Puasa tak hanya soal makan, minum, dan nafsu belaka, namun juga seluruh sikap kita. Pun kita jaga pakaian kita untuk selalu menutup aurat dengan sempurna, tidak memakai pakaian ketat, tidak memakai wewangian khas malam sabtu kliwon, dan tak lupa kita ingatkan dan ajak adik, anak, kerabat, rekan-rekan kita siapapun itu.

Kita mau generasi mendatang bukanlah generasi yang “Game Yes, Prestasi No”? Apakah kita masih menjadi member tetap game online tertentu? Kita masih rela menghabiskan beasiswa orang tua atau bahkan beasiswa negara untuk mengurus “char/hero” (karakter kita dalam game) membelikannya ini itu supaya bagus dan “wah” di mata gamer lain? Masih suka menghasut rekan kita yang hendak belajar untuk nemanin main game? Sudahkah kita mendahulukan susahnya perjuangan dalam belajar dibandingkan mudahnya bermain game? Lupakah kita dengan kalimat bijak “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”?

Yuuuk jangan lupakan pesan orang tua kita, mereka ingin kita belajar, bukan bermain-main! Karena mereka tahu dunia akan semakin kejam bagi siapapun yang tak berilmu. Kurangi bermain yang tidak jelas manfaatnya, sebagai gantinya manfaatkan waktu luang dengan membaca, menulis, melatih softskill kita untuk masa depan, syukur-syukur kegiatan kita bernilai ibadah insyaaAllah masa depan kita terjamin baiknya. Ajak teman kita untuk duduk bersama dan diskusi masalah sekolah, perkuliahan, masalah yang update di masyarakat, dan sebagainya. Sungguh dunia memang melenakan, benar Pembaca?

Kita mau generasi mendatang bukanlah generasi penghancur Zamrud Khatulistiwa? Yuuuk mulai introspeksi diri, muhasabah selalu diri yang sudah dijamin tak luput dari salah dan dosa sekecil mungkin. Apa yang kita lakukan, itulah yang akan ditiru sebagian orang. Apa yang kita lakukan, itulah yang dilihat dan akan dicontoh oleh adik, anak, kerabat, dan rekan-rekan kita. Apa yang kita usahakan, itulah yang akan dilanjutkan oleh orang lain. Semangat dakwah bil hal, dakwah dengan perbuatan nyata inilah yang kini dinanti.


Kita harus senantiasa menimba ilmu-ilmu titipan Allah ta’ala, meski kita sadar tak akan bisa menimba seluruhnya. Dan alangkah baiknya kita menyampaikan ilmu tersebut pada orang lain, bukankah sebaik-baik manusia adalah yang belajar dan mengajarkan? Tentunya belajar dan mengajar dalam hal kebaikan yang haq serta senantiasa menjaga diri dari kebathilan/ keburukan yang sudah jelas adanya, karena #KitaPeduli, #PembacaPeduli, dan #PenulisPeduli. Penulis mohon maaf atas segala hal yang kurang berkenan, segala bentuk masukan dan kritikan pedas akan siap diterima, karena penulis tak lebih baik dari Pembaca, wassalamu’alaykum. (mw)