Saturday, May 16, 2015
Friday, May 1, 2015
SEMANGAT HARI PENDIDIKAN: KARENA KITA MENGAKU PEDULI
Assalamu’alaykum,
Pembaca. Alkhamdulillah, semoga
selalu terucap dari mulut dan hati yang dikaruniakan Allah ta’ala kepada kita. Kalau Allah tidak meridhoi sepersekian tetes
ilmu-Nya mendarah daging pada mulut dan hati ini, mungkinkah rasa syukur ini
bisa kita rasakan? Pembaca yang terhormat, tak lupa penulis ucapkan selamat
hari libur bagi mereka yang sadar hari ini tanggal merah dan selamat Hari
Pendidikan Nasional bagi mereka yang sadar hari ini tanggal 2 Mei, hehe.
Meski
bertepatan dengan long weekend,
harinya bersantai, harinya berlibur ke destinasi favorit kita, semoga tidak
mengurangi semangat Hari Pendidikan ini dalam setiap waktu kita. Karena
sejatinya menuntut ilmu itu mulai dari kita dilahirkan sampai masuk liang lahat
kembali pada Sang Pemilik dan Pemberi Ilmu-ilmu kita selama singgah di dunia.
Pembaca
yang dirahmati Allah ta’ala,
berbicara masalah pendidikan tentu kita tidak akan lupa dengan pemberitaan
beberapa anak kecil sudah terbiasa merokok oleh karena teman mainnnya sekaliber
perokok, kan? Atau pelajar yang melakukan adegan asusila pada rekannya oleh
karena menonton tayangan tak bermoral? Atau pelajar yang awalnya terpaksa namun
akhirnya menikmati asupan rutin tembakau oleh karena gengsi atau takut dikata
gak gaul oleh teman ngopinya?
Atau
mereka yang merayakan kelulusan dengan foya-foya dan pesta pakaian dalam oleh
karena trend? Atau mereka yang
kecanduan game online sampai lupa
sekolah, lupa makan, bahkan lupa rumah, oleh karena ajakan rekan dekatnya? Atau
yang asyik nih seorang bocah SD tewas setelah dikeroyok rekan-rekannya oleh
karena meniru tontonan televisi yang tak layak? Sungguh, inilah potret kisi
kristal dari Zamrud Khatulistiwa. #PedulikahKita
Media
pun ramai memberitakannya seakan hal yang lumrah terjadi di sudut manapun dari
Indonesia. Pun siapa sangka bisa jadi pemberitaan semacam itu justru menjadi
senjata makan tuan, satu sisi menginformasikan untuk waspada di lain sisi melakukan
hal tersebut sudah biasa dan bisa dimaklumi adanya. Sungguh, dalamnya laut kita
tahu namun apa yang ada di dalam hati (pikiran) orang lain, kita tak tahu. #PedulikahKita
Pembaca
tercinta, sudah sejauh mana rasa peduli kita terhadap generasi penerus
Indonesia ini? Ada yang peduli dengan turut berduka, turut merasa miris, dan
prihatin terhadap hal-hal tersebut, itukah kita? Ada yang peduli dengan langsung
terjun melakukan edukasi pascakejadian itu terjadi pada masyarakat, itukah kita?
Ada yang peduli dengan melakukan berbagai gerakan penyelamatan dengan hastag
#SaveIndonesia dan aksi nyata habis-habis, itukah kita? Yuuuk kita apresiasi
mereka yang mengusahakan hal-hal tersebut, inilah potret terang kisi Zamrud Khatulistiwa tercinta.
#PedulikahKita
dengan generasi penerus Indonesia? Jawabannya adalah seberapa kita peduli
dengan pribadi kita ini. Ya, bila kita peduli dengan nasib generasi penerus
maka kita akan bersikap bagaimana seharusnya kita bersikap sebagai seorang
negarawan yang visioner. Bukan karena yang dahulu, namun karena kita yang
sekarang!
Kita
mau generasi mendatang bukanlah generasi penyakitan kanker paru maupun kantong kering? Apakah kita masih berinteraksi
dan berteman akrab dengan rokok? Masihkah kita menyisihkan sebagian harta kita
untuk pabrik rokok? Masihkah kita gengsi dan sungkan kalau kumpul dengan teman
lalu tidak membawa lintingan tembakau plus pematiknya? Masih adakah anggota
keluarga kita yang merokok? Apakah kita masih saja tenang dengan semerbak asap
rokok yang kita hirup, yang dihirup oleh adik-adik kita, oleh anak-anak kita? Karena
mereka melihat, mereka meniru.
Sebagai
gantinya, yuuuk latih diri ini, adik,
anak, bahkan kerabat kita untuk memanfaatkan uang dengan benar dan tepat guna.
Ajak untuk menyisihkan uang jajannya bukan untuk jajanan yang lain, namun untuk
sedekah ataupun infaq. Dan wajib kita bimbing, kita contohkan, serta kita
beritahu berbagai manfaat sedekah atau infaq yang kita atau orang lain rasakan
dan yang akan kita perloleh kelak.
Kita
mau generasi mendatang bukanlah generasi pegiat asusila? Apakah kita masih suka
menonton tayangan yang memperlihatkan aurat? Sudahkah kita mengganti channel televisi kesayangan keluarga
manakala ada adegan seronok di dalamnya? Apakah mata “liar” kita masih belum
cukup terkontrol?
Yuuuk
kita kontrol hawa nafsu kita dengan melatih diri untuk menjaga pandangan,
tertunduk malu bila berpapasan dengan mereka yang mengalihkan dunia kita,
melatih mata supaya tidak jelalatan “liar” memanfaatkan kesempatan dalam
kesempitan pakaian, lebih-lebih kita latih kita dengan berpuasa. Puasa tak
hanya soal makan, minum, dan nafsu belaka, namun juga seluruh sikap kita. Pun
kita jaga pakaian kita untuk selalu menutup aurat dengan sempurna, tidak
memakai pakaian ketat, tidak memakai wewangian khas malam sabtu kliwon, dan tak lupa kita ingatkan dan ajak adik, anak,
kerabat, rekan-rekan kita siapapun itu.
Kita
mau generasi mendatang bukanlah generasi yang “Game Yes, Prestasi No”?
Apakah kita masih menjadi member
tetap game online tertentu? Kita
masih rela menghabiskan beasiswa orang tua atau bahkan beasiswa negara untuk
mengurus “char/hero” (karakter kita
dalam game) membelikannya ini itu supaya bagus dan “wah” di mata gamer lain? Masih suka menghasut rekan
kita yang hendak belajar untuk nemanin main game?
Sudahkah kita mendahulukan susahnya perjuangan dalam belajar dibandingkan
mudahnya bermain game? Lupakah kita
dengan kalimat bijak “bersakit-sakit
dahulu, bersenang-senang kemudian”?
Yuuuk
jangan lupakan pesan orang tua kita, mereka ingin kita belajar, bukan
bermain-main! Karena mereka tahu dunia akan semakin kejam bagi siapapun yang
tak berilmu. Kurangi bermain yang tidak jelas manfaatnya, sebagai gantinya manfaatkan
waktu luang dengan membaca, menulis, melatih softskill kita untuk masa depan, syukur-syukur kegiatan kita
bernilai ibadah insyaaAllah masa
depan kita terjamin baiknya. Ajak teman kita untuk duduk bersama dan diskusi
masalah sekolah, perkuliahan, masalah yang update
di masyarakat, dan sebagainya. Sungguh dunia memang melenakan, benar Pembaca?
Kita
mau generasi mendatang bukanlah generasi penghancur Zamrud Khatulistiwa? Yuuuk
mulai introspeksi diri, muhasabah selalu diri yang sudah dijamin tak luput dari
salah dan dosa sekecil mungkin. Apa yang kita lakukan, itulah yang akan ditiru
sebagian orang. Apa yang kita lakukan, itulah yang dilihat dan akan dicontoh
oleh adik, anak, kerabat, dan rekan-rekan kita. Apa yang kita usahakan, itulah
yang akan dilanjutkan oleh orang lain. Semangat dakwah bil hal, dakwah
dengan perbuatan nyata inilah yang kini dinanti.
Kita
harus senantiasa menimba ilmu-ilmu titipan Allah ta’ala, meski kita sadar tak akan bisa menimba seluruhnya. Dan
alangkah baiknya kita menyampaikan ilmu tersebut pada orang lain, bukankah
sebaik-baik manusia adalah yang belajar dan mengajarkan? Tentunya belajar dan
mengajar dalam hal kebaikan yang haq serta
senantiasa menjaga diri dari kebathilan/
keburukan yang sudah jelas adanya, karena #KitaPeduli,
#PembacaPeduli, dan #PenulisPeduli. Penulis mohon maaf atas
segala hal yang kurang berkenan, segala bentuk masukan dan kritikan pedas akan
siap diterima, karena penulis tak lebih baik dari Pembaca, wassalamu’alaykum. (mw)
Subscribe to:
Posts (Atom)