Saturday, March 24, 2012

ORIENTASI DUNIA - AKHIRAT


Banyak kita lihat orang sukses dimana-mana. Ada yang menjadi pengusaha yang sukses, ada yang pebisnis, ada yang jadi artis terkenal, dokter yang langganan pasiennya banyak, pekerja dengan kekayaan yang melimpah, pengacara dan hakim ternama dikalangan petinggi, ada juga pejabat menteri dan lainnya, bahkan para ulama kondang yang sering nampang di TV (burek) yang sekilas kita lihat mereka sukses dalam berkarir di dunia. Maukah kita jadi seperti mereka??? Uangnya banyaaaak J rumahnya mewah, megah, eksotis, hidupnya serba glamour, serba ada, rumah 2 mobil 2 anak 2 istri 2 *ups* J siapa yang mauuuuuu, angkat tangan!! Pasti banyak yang mau….


Pembaca, kata SUKSES identik dengan keberhasilan seseorang dalam meraih suatu tujuan yang telah ditetapkan, ada yang bertujuan mencari pendapatan banyak, ada yang ingin menjadi orang yang berguna, ada yang ingin sukses UN (buat pelajar yahh kayak penulis), ingin sukses membangun ini itu, membuat ini itu bermacam-macam hal baru yang pada intinya membuat diri kita ini bahagia, benaaar??? J


Anda tahu, sukses itu sebenarnya tidak hanya sukses di dunia. Pernahkah anda terbayang orang yang sukses di akhirat kelak? Apakah mereka adalah pebisnis yang sukses? Artis? Hakim? Dokter? Ulama? Entah kita tidak tahu apakah merekalah itu. Yang terpenting itu bukan sukses dunianya, tapi sukses di akhirat. Orang yang sukses di dunia belum pasti sukses di akhirat. Orang yang sukses di akhirat sudah pasti sukses di dunia.


Orang yang sukses di dunia belum pasti sukses di akhirat? Mengapa? Konteks kata “sukses” yang disini saya maksud “sukses orientasi dunia”. Otomatis mereka hanya memikirkan mencapai kesuksesan di dunia dan bahagia pada suatu hari nanti karena usaha-usahanya. Memang kita harus berusaha dengan “baik dan benar” untuk mencapai suatu tujuan yang telah kita tetapkan. Tapi ada baiknya apabila kita mengubah pola pikir kita yang NDESOnya MENDUNIA. Mari kita ubah dengan “sukses orientasi akhirat”. Mengapa kita perlu mempunyai pikiran semacam ini?? Karena memang kita hidup di dunia ini hanyalah sementara. Istilahnya kita di dunia itu hanya mampir minum saja, lalu melanjutkan perjalanan menuju tujuan akhir kita. Yang jelas tujuan akhir kita bukan hanya dunia, tapi yang paling penting adalah kehidupan di akhirat. Kita hidup didunia ini mungkin kisaran 70 tahun, coba hitung berapa hari??? Sedangkan di akhirat di ibaratkan hidup 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia, WOOOOW! Berapa hari cobaaaa!! Inilah kenapa di akhirat itu dikatakan kekal J
Maka dari itu sia-sia belaka kalau kita hanya berorientasi pada kesuksesan di dunia saja padahal hidup di dunia sangaaaaaatlah singkat. Kita harus mulai berorientasi hidup di dunia untuk hidup di akhirat kelak. Jadi dunia ini itu semacam alat transportasi untuk mencapai tujuan akhir kita itu.


Pembaca, dunia itu alat transportasi??? Ya J dunia itu semacam fasilitas. Apa yang kita tetapkan di dunia, ya harusnya berakhir di akhirat. Kalau dunia itu sebuah bus, maka saat sampai tujuan kita tidak mungkin tetap berada di bus itu, mau tidak mau kita harus turun bus jika sudah tiba di tujuan akhir. Ketika naik bus otomatis kita harus membawa uang (baca: harta) nahh pastinya digunakan untuk membayar bus tersebut (baca: sedekah) kan, kalau tidak mau membayar ya jangan harap mau sampai tujuan akhir dengan lancar tanpa dimarahi (baca: diberi cobaan) oleh petugasnya. Terus di bus juga banyak kejahatan kriminalitas (baca: godaan setan) nahh ini gimana caranya kita harus pintar-pintar menjaga barang berharga kita (baca: iman, ihsan, islam) jangan sampai 3 hal ini dicuri (baca: hilang karena kelalaian). Dalam perjalanan seringkali kita tidak tahan, alhasil kita sakit, nahh dalam hal ini kita harus menguatkan diri (baca: tawakal, ikhtiar) atau kita bawa obatnya selalu (baca: sabar dan ikhlas). Dan suatu waktu bus tersebut dinaiki seorang yang tua renta, lagi sakit, wanita hamil, anak-anak (baca: orang yang membutuhkan), kita harus menolong mereka bukan? Mempersilahkan mereka menempati tempat duduk kita (baca: mungkin hanya cobaan sesaat penguji keimanan) juga kita harus bersikap baik pada penumpang lainnya (baca: toleransi) hingga akhirnya kita merasa tenang (baca: mendapat lindungan-Nya) dan lancar-lancar saja dalam perjalanan kita (baca: ucap syukur). Sampai di tujuan dengan selamat (baca: selamat di akhirat). Turun dari bus dengan wajah tersenyum gembira, puas, juga bangga J
Betapa tidak mudah bukan??? Tentunya hal ini sudah harus kita pikirkan matang-matang, kita pikirkan jangka panjangnya, lupakan sejenak kehidupan yang berorientasi duniawi saja.


Hidup di dunia, bernafas, makan, minum, membantu orang, mencari ilmu, kerja, ibadah… dan masih banyak lainnya, ini sewajarnya selaiknya dan memang seharusnya tidak semata-mata ditujukan untuk kehidupan dunia, ingatlah ada dunia setelah dunia yang kita tempati sekarang ini musnah, ya Dunia Akhirat lah tujuan akhir hidup kita, tujuan akhir segala pengorbanan tenaga, pikiran, waktu kita, ORIENTASI AKHIRAT J

No comments:

Post a Comment