Banyak kita lihat orang sukses dimana-mana. Ada yang
menjadi pengusaha yang sukses, ada yang pebisnis, ada yang jadi artis terkenal,
dokter yang langganan pasiennya banyak, pekerja dengan kekayaan yang melimpah,
pengacara dan hakim ternama dikalangan petinggi, ada juga pejabat menteri dan
lainnya, bahkan para ulama kondang yang sering nampang di TV (burek) yang
sekilas kita lihat mereka sukses dalam berkarir di dunia. Maukah kita jadi
seperti mereka??? Uangnya banyaaaak J rumahnya mewah,
megah, eksotis, hidupnya serba glamour, serba ada, rumah 2 mobil 2 anak 2 istri
2 *ups* J
siapa yang mauuuuuu, angkat tangan!! Pasti banyak yang mau….
Pembaca, kata SUKSES identik dengan
keberhasilan seseorang dalam meraih suatu tujuan yang telah ditetapkan, ada
yang bertujuan mencari pendapatan banyak, ada yang ingin menjadi orang yang
berguna, ada yang ingin sukses UN (buat pelajar yahh kayak penulis), ingin
sukses membangun ini itu, membuat ini itu bermacam-macam hal baru yang pada
intinya membuat diri kita ini bahagia, benaaar??? J
Anda tahu, sukses itu sebenarnya tidak hanya sukses
di dunia. Pernahkah anda terbayang orang yang sukses di akhirat kelak? Apakah mereka
adalah pebisnis yang sukses? Artis? Hakim? Dokter? Ulama? Entah kita tidak tahu
apakah merekalah itu. Yang terpenting itu bukan sukses dunianya, tapi sukses di
akhirat. Orang yang sukses di dunia belum pasti sukses di akhirat. Orang yang
sukses di akhirat sudah pasti sukses di dunia.
Orang yang sukses di dunia belum
pasti sukses di akhirat? Mengapa? Konteks kata “sukses” yang disini saya maksud
“sukses orientasi dunia”. Otomatis mereka hanya memikirkan mencapai kesuksesan
di dunia dan bahagia pada suatu hari nanti karena usaha-usahanya. Memang kita
harus berusaha dengan “baik dan benar” untuk mencapai suatu tujuan yang telah
kita tetapkan. Tapi ada baiknya apabila kita mengubah pola pikir kita yang
NDESOnya MENDUNIA. Mari kita ubah dengan “sukses orientasi akhirat”. Mengapa
kita perlu mempunyai pikiran semacam ini?? Karena memang kita hidup di dunia
ini hanyalah sementara. Istilahnya kita di dunia itu hanya mampir minum saja,
lalu melanjutkan perjalanan menuju tujuan akhir kita. Yang jelas tujuan akhir
kita bukan hanya dunia, tapi yang paling penting adalah kehidupan di akhirat.
Kita hidup didunia ini mungkin kisaran 70 tahun, coba hitung berapa hari??? Sedangkan
di akhirat di ibaratkan hidup 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di
dunia, WOOOOW! Berapa hari cobaaaa!! Inilah kenapa di akhirat itu dikatakan
kekal J
Maka dari itu sia-sia belaka kalau kita hanya
berorientasi pada kesuksesan di dunia saja padahal hidup di dunia
sangaaaaaatlah singkat. Kita harus mulai berorientasi hidup di dunia untuk
hidup di akhirat kelak. Jadi dunia ini itu semacam alat transportasi untuk
mencapai tujuan akhir kita itu.
Pembaca, dunia itu alat
transportasi??? Ya J dunia itu semacam fasilitas. Apa yang
kita tetapkan di dunia, ya harusnya berakhir di akhirat. Kalau dunia itu sebuah
bus, maka saat sampai tujuan kita tidak mungkin tetap berada di bus itu, mau
tidak mau kita harus turun bus jika sudah tiba di tujuan akhir. Ketika naik bus
otomatis kita harus membawa uang (baca: harta) nahh pastinya digunakan untuk
membayar bus tersebut (baca: sedekah) kan, kalau tidak mau membayar ya jangan
harap mau sampai tujuan akhir dengan lancar tanpa dimarahi (baca: diberi cobaan)
oleh petugasnya. Terus di bus juga banyak kejahatan kriminalitas (baca: godaan
setan) nahh ini gimana caranya kita harus pintar-pintar menjaga barang berharga
kita (baca: iman, ihsan, islam) jangan sampai 3 hal ini dicuri (baca: hilang
karena kelalaian). Dalam perjalanan seringkali kita tidak tahan, alhasil kita
sakit, nahh dalam hal ini kita harus menguatkan diri (baca: tawakal, ikhtiar)
atau kita bawa obatnya selalu (baca: sabar dan ikhlas). Dan suatu waktu bus
tersebut dinaiki seorang yang tua renta, lagi sakit, wanita hamil, anak-anak (baca:
orang yang membutuhkan), kita harus menolong mereka bukan? Mempersilahkan mereka
menempati tempat duduk kita (baca: mungkin hanya cobaan sesaat penguji keimanan)
juga kita harus bersikap baik pada penumpang lainnya (baca: toleransi) hingga
akhirnya kita merasa tenang (baca: mendapat lindungan-Nya) dan lancar-lancar
saja dalam perjalanan kita (baca: ucap syukur). Sampai di tujuan dengan selamat
(baca: selamat di akhirat). Turun dari bus dengan wajah tersenyum gembira,
puas, juga bangga J
Betapa tidak mudah bukan??? Tentunya hal ini sudah
harus kita pikirkan matang-matang, kita pikirkan jangka panjangnya, lupakan
sejenak kehidupan yang berorientasi duniawi saja.
Hidup di dunia, bernafas, makan, minum, membantu
orang, mencari ilmu, kerja, ibadah… dan masih banyak lainnya, ini sewajarnya
selaiknya dan memang seharusnya tidak semata-mata ditujukan untuk kehidupan
dunia, ingatlah ada dunia setelah dunia yang kita tempati sekarang ini musnah,
ya Dunia Akhirat lah tujuan akhir hidup kita, tujuan akhir segala pengorbanan
tenaga, pikiran, waktu kita, ORIENTASI AKHIRAT J
No comments:
Post a Comment