Friday, May 2, 2014

2 MEI.. "ILMU".. MAHAL? ya, NIKMAT? mungkin, SUDAH DISYUKURI? rasanya belum


Assalamu’alaykum, Pembaca. Bagaimana keadaan Anda diawal bulan yang spesial ini? Syukur alkhamdulillah bila sedang dalam keadaan baik maupun kurang baik dan semoga selalu dalam keadaan yang baiknya. Tak lupa from the deepest of my heart, penulis mengucapkan selamat Hari Pendidikan Nasional bagi yang memperingatinya. Bagi yang memperingatinya? Berarti ada yang tidak sedang memperingatinya? Mungkin, hehe. Mungkin ada yang lupa karena bukan tanggal merah. Atau mungkin sengaja tidak memperingatinya karena merasa masih banyak hal dibidang pendidikan yang perlu dibenahi. Overall, tidak ada salahnya kok kita memperingati hari ini, hari Jum’at, ya hari Jum’at kan hari yang istimewa, hehe. :p

Pembaca yang terhormat, mungkin kita pernah bertanya dalam pikiran kecil kita, mengapa ya kok banyak hal yang kita peringati namun kita pribadi tidak tahu ada apa sih yang mendasari peringatan itu? Hal itu diperingati untuk apa? Hanya untuk mengenang perjuangan Bapak Pendidikan Nasional dan kawan-kawan serta kejadian masa lalu? Atau justru sebagai pembelajaran dan evaluasi kita dimasa kini?.... Jujur nih, penulis pribadi tidak tahu bagaimana sejarahnya sehingga bisa muncul yang namanya peringatan Hari Pendidikan Nasional, hehe. Yang tahu dengan jelas, mohon ditulis dibagian komentar yaaaa, yang sudah baca wajib menjawab, haha. Meskipun berpedoman Jas Merah, namun penulis belum sanggup membahas sejarahnya. Yang akan dibahas adalah....

Yuk, sekali lagi mengucap syukur alkhamdulillah kepada Allah atas salah satu nikmat yang wajib disyukuri, Ilmu. Berkesempatan merasakan duduk di kursi PAUD, TK, SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA, PTN, PTS. Dari jaman Anda yang hanya bisa menangis sampai jaman Anda sedang membaca posting ini. Pernah membayangkan andaikata Anda memasuki sebuah gudang film dokumenter, dan semua filmnya adalah ilmu yang telah Anda dapat? Pernah membayangkan membuka sebuah file dokumen yang isi semua list ilmu yang pernah Anda dapat? Pernah membayangkan membuka sebuah buku kas yang isinya seluruh pengeluaran Anda selama ini hanya demi yang namanya ilmu? Ada yang bilang “Ilmu itu mahal”. Ya, mahal, buktinya? Sekolah masih bayar, les privat bayar, cari informasi via internet di warnet bayar, pakai modem pribadi bayar lagi, beli buku bayar, apa lagi? Beli makan untuk akomodasi otak yang kelaparan? Bayar juga tuh, haha. Itulah indahnya perjuangan. Bukan mahalnya yaaa, namun yuk sadar betapa ilmu itu memang penting. Tanpa ilmu, orang akan tetap hidup kok, namun tanpa kejelasan dan tujuan yang berarti. Kalau teman-teman mahasiswa pasti tahu istilah “long life learner”, teman-teman pondok pasti tahu semboyan “santri seumur hidup”, adapun yang bilang “menimba ilmu sampai ke liang lahat”. Intinya Cuma satu “hidup kita ini butuh yang namanya ilmu”, meskipun kelak kita akan merasa lelah, letih, lesu, lunglai, lungset, ilmu tetap setia menemani bahkan menunggu untuk dipinang *what?? ^_^a

Hai, hai, hai, yang sekarang sedang menikmati kursi empuk perkuliahan!! (Termasuk penulis sih). Yang masih suka TA a.k.a. titip absen, yang masih suka keluar kelas untuk ke kamar mandi lalu belok ke kantin, yang masih suka datang kuliah telat dan masuk dengan wajah innocent, yang masih suka telat dan malas mengumpulkan tugas, yang masih suka ninggalin kuliah demi shoping dan nge-mall atau nge-game, yang masih suka menomorsatukan hp dibanding dosen yang dengan penuh cinta menyampaikan materinya, yang masih suka ngatain dosennya dibelakang, yang masih suka berbuat pelanggaran saat ujian, yang masih suka saya (ehh, haha), heeeellooooooowww apa kabar???? *mungkin si Ilmu sedang bersedih karena dicuekin, di-PHP-in, dipermainkan, diduakan, dicampakkan, di apa lagi? -____-"

Pembaca, saya yakin Anda pasti bingung, rasanya tulisan kali ini cukup membingungkan. Tapi, yuk sama-sama bermuhasabah, mengevaluasi setiap sikap kita, menyadari bahwa diri kita ini adalah orang yang terdidik, so pasti harus sejalan dengan sikap dong, setuju? Saling mengingatkan apabila melakukan kesalahan. Penulis tetap tak lebih baik dari pembaca. Kurangnya jangan ditagih, lebihnya mohon dikembalikan, akhir curhat, wassalamu’alaykum, Pembaca.
*Btw, tidakkah Anda bertanya mengapa diawal saya sebutkan “bulan yang spesial ini”?? :)

No comments:

Post a Comment