Assalamu’alaykum,
syukur alkhamdulillah semoga selalu
terucap dari mulut dan hati yang tiada hari tanpa melakukan dosa. Alkhamdulillah atas segala nikmat super spesial yaitu islam dan iman yang
diberikan Allah Ta’ala. Lebih-lebih bersyukur
atas ilmu yang Allah titipkan kepada kita sehingga kita dengan ikhlas mau
mengucap suatu kata yang insyaaAllah akan menambah nikmat yang diberikan
oleh-Nya. Perlu kita sadari, ilmu yang dititipkan oleh Allah kepada kita ibarat
setetes air di lautan dan lautan tersebut ternyata tidak cukup bila dijadikan
tinta untuk menuliskan seluruh ilmu Allah.
Pembaca
yang terhormat, ilmu yang dititipkan Allah kepada kita secara nyata tertuang
dalam mu’jizat Rasulullah Muhammad, yaitu Al-Qur’an. Sebagai umat islam, ibarat
guidebook wajib yang memandu hidup
kita berkualitas di dunia dan insyaaAllah selamat di akhirat kelak. Guidebook sudah pasti berisi hal
standar, pengenalan, perakitan atau perawatan, peringatan, masalah, beserta
solusinya.
Namun
ibarat guidebook, adakalanya dibaca
terlebih dahulu karena ingin tahu segalanya secara detail dan menyeluruh,
adakalanya dibaca sebagai buku biasa atau hanya ketika benar-benar di butuhkan,
dan adakalanya guidebook tersebut
masih terbungkus rapi tidak tersentuh sedikitpun meskipun kita tahu. Begitu
juga Al-Qur’an. Kalau kata salah satu guru saya, Al-Qur’an di tangan umat islam
itu ada 3 kondisi.
Pertama,
tidak tersentuh sedikitpun meskipun kita tahu. Yuk buka Al-Qur’an, surat Al Jumu’ah ayat 5, dijelaskan disitu ibarat
tumpukan kitab yang dipikul seekor keledai. Keledai tahu bahwa dipunggungnya
ada barang tapi dia tidak tahu untuk apa barang tersebut, bahkan mungkin tidak
tahu untuk apa dia harus susah payah membawa barang tersebut. Lebih asyik
merumput atau melepas dahaga di sungai. Kita punya Al-Qur’an, diletakkan di
rak, sudah selesai. Tidak sempat ditengok pun tidak terlintas pula dibenak
untuk sekali saja mendapatkan 10 kebaikan dari 1 huruf dalam Al-Qur’an.
Kedua,
dibaca sebagai buku biasa atau ketika butuh saja. Yuk buka Al-Qur’an lagi,
surat Thaahaa ayat 18, dijelaskan
ibarat tongkat milik Nabi Musa sebelum menjadi mu’jizat beliau. Sebatas tongkat
pada umumnya untuk membantu berjalan dan bertumpu, sebagai alat mengambil
dedaunan untuk hewan ternak, dan sebagainya. Al-Qur’an dibaca saja, salah
maupun benar pengucapannya, mengerti maupun tidak terkait terjemahan dan asbabun nuzulnya, tidak begitu peduli.
Tidak begitu mementingkan hikmah tersembunyi dibalik setiap kisah sejarah,
perumpamaan, peringatan, dan sebagainya.
Ketiga,
ingin tahu lengkap hingga detailnya. Yuk buka lagi dan lagi Al-Qur’an surat Asy Syu’araa’ ayat 63, dijelaskan ibarat
tongkat Nabi Musa yang telah menjadi mu’jizat membelah lautan sebagai jalan
keluar untuk kaumnya dari kejaran Fir’aun dan kawan-kawan. Al-Qur’an dianggap
sebagai sebuah mu’jizat. Apapun masalahnya solusinya ada, apapun yang tercantum
kebenarannya terjamin, apapun yang tertulis disitu dilindungi dan langsung
dijamin oleh Allah Ta’ala. Ada penyakit belum ditemukan obatnya? Ada di Al-Qur’an.
Mau cari solusi masalah perekonomian negara? Ada di Al-Qur’an. Mau mengetahui
strategi perang dan pertahanan? Ada banyak sejarahnya di Al-Qur’an. Mau apa
lagi hayooo? Tidak kunjung dapat jodoh? Pasti sudah tahu jawabannya.
Kita
juga lebih percaya fenomena alam sebagai kuasa Allah bukan sebagai hal mistis.
Kita lebih semangat meneliti hal berdasar Al-Qur’an daripada penelitian yang
tidak jelas tujuannya. Semangat membaca, menghafal, mentadabburi, mengamalkan,
dan mengajarkan, bahkan itu semua menandingi kesibukan kita sehari-hari.
Pembaca
yang dirahmati Allah, dari ketiga kondisi tersebut, kita sudah bisa tahu
seberapa dekat dan seberapa besar kecintaan kita pada Al-Qur’an. Oleh karena
itu, yuk sama-sama selalu memperbaiki diri, dalam hal ini perlakuan kita
terhadap kitab Al-Qur’an. Bersama, mulai menyadari bahwa Al-Qur’an lah sumber
informasi dan sebenar-benarnya petunjuk. Tidak hanya dimiliki dan disimpan,
tapi juga dibaca, khatam dan dihafal, ditadabburi hikmah dan kaitannya dengan
masa kini, serta diamalkan dalam segala lini kehidupan, tak lupa kita ajarkan
karena sebaik-baik manusia adalah yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Yang
pasti islam itu tak lekang oleh jaman dan tempat, rahmatan lil ‘alamin dulu, sekarang, dan selamanya. Mohon maaf bila
ada pemahaman yang berbeda, kritik selalu dinanti untuk perbaikan. Terima kasih
dan wassalamu’alaykum. (mw)
No comments:
Post a Comment