Saturday, February 1, 2014

DARURAT BENCANA BIN DARURAT MORAL


Assalamu’alaykum, Pembaca. Syukur alkhamdulillah kita kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan nikmat kesehatan dan nikmat waktu. Bismillah, sudah lama tidak posting opini, kali ini sedikit balik kepada kontroversi beberapa tayangan yang kini hadir di channel televisi kita. Sebut saja acara yang isinya “guyonan” tanpa arah dan joged-joged yang aduhai. Banyak yang menganggap beberapa tayangan tersebut terkesan merusak moral bangsa dan kurang mendidik. Namun pro-kontra tetaplah ada.

Satu sisi, kubu yang masih ingin ber-positive thinking berpendapat tayangan tersebut hadir untuk menghibur masyarakat yang kian jenuh dengan masalah yang terjadi di Indonesia. Masyarakat perlu bersenang-senang, perlu bersantai ria. Masyarakat pun dibuat sedikit tidak tegang memikirkan segala masalahnya. Dilain sisi sebuah koin, kubu yang sudah tidak ingin ber-positive thinking karena merasa nyatanya sudah melihat berbagai hal negative, menganggap acara tersebut justru memperburuk keadaan bangsa. Beberapa hal juga dianggap “mengeksploitasi” hak asasi dan aib seseorang. Lebih-lebih generasi muda penerus bangsa kini sudah kalah telak karena sukses menjadi target. Dilain sisi koin lagi (Koin punya 3 sisi??..), penayangan acara semacam itu ternyata dipengaruhi oleh “rating” dan tanggapan dari penonton. Alhasil “rating” digunakan oleh stasiun penayang program tersebut untuk mempertahankan acara tersebut, so I can say, they’re Pro. Pro dan kontra, 2:1, secara umum sekarang seperti itu. Kalau penulis pribadi cenderung untuk memperkuat kubu kontra, hehe. Alasannya???....


Bangsa Indonesia yang kini dikata sedang “Darurat Bencana”, sepertinya akan bertambah lagi menyandang status “Darurat Moral”. Belum cukup rasanya sebagian besar wilayah darat di Indonesia tergenang air bah yang bukan main efeknya. Sering kita lihat di televisi, rumah terendam 3 meter, kendaraan terseret arus, penduduk dilaporkan hanyut dan ditemukan terdampar di benua lain (Nah!). Bagaimana dengan yang rumahnya tiba-tiba rusak tersena hempasan badai ala Indonesia? Belum lagi yang tebing longsor, alhasil yang mau pulang kampung harus di delay karena jalanan tertutup material longsor. Bagaimana dengan saudara kita di kaki gunung yang sudah bangun dari masa hibernasinya? Setiap hari harus melihat indahnya erupsi, menikmati awan panas yang meluluhlantahkan segala yang dilewatinya. Apa lagi? Gempa? Tsunami? Naiknya permukaan laut? Kebakaran hutan? Berapa banyak manusia yang sudah mendapat “hadiah” berupa teguran bencana atau bahkan teguran kematian?.. Miris ketika musibah dianggap sebagai musibah saja. Sedih saat melihat banyak yang belum sadar sekalipun musibah sudah menimpa. Kecewa saat mendengar bahwa “itu hanyalah musibah yang sudah rutin melanda kawasan kami”. Pembaca, bukan bermaksud aneh-aneh, pernahkah kita berpikir bahwa bencana adalah teguran atas sikap, moral, akhlak, ketaatan kita kepada Allah SWT? Pertanyaan intinya, apakah ada keterkaitan atau relasi antara keduanya?.... :)


Lain merasa kesusahan dan kesedihan, lain rasanya “merasa” bersenang-senang. Tayangan yang hanya mengumbar aib seseorang, terkesan mengeksploitasi hak asasi, bahkan menebarkan virus-virus sensualitas (maaf bila kurang sopan). Tegakah Anda melihat saudara Anda berjoged tidak jelas? Tegakah Anda melihat kerabat Anda dibujuk untuk melakukan hal-hal yang melecehkan kehormatannya sendiri? Tegakah Anda 1 generasi Indonesia kedepan sudah berada diambang batas “kebobrokan” bangsa?.. Bersenang-senang itu asyik, tertawa itu menurunkan rasa stres, bergembira itu membawa ketenangan untuk diri yang sudah dilingkupi kepenatan. Tapi apa harus dengan cara itu? Menggadaikan moral? Menggadaikan akhlak? Menggadaikan keilmuan kita?.... :(


Oh meeen, Penulis pribadi khawatir saat mendengar ada yang mengatakan “jangan-jangan bencana yang mereka tanggung adalah akibat perbuatan kita”, meskipun tidak menutup kemungkinan itu murni teguran untuk mereka. Dan entah benar atau tidak silahkan dipikirkan, namun Penulis pikir ada relasi antara bencana alam dan moral suatu kaum, hehe menilik kaum-kaum terdahulu saat jaman Nabi yang kisahnya ditimpakan suatu musibah akibat perbuatan kaum tersebut yang sudah “keterlaluan”. Overall, yuk kita sama-sama memperbaiki kualitas diri kita. Memperbaiki kualitas keimanan kita kepada Allah SWT dan memperbaiki kualitas kepedulian kita terhadap umat. Bila ada yang tertimpa musibah, yuk membantu. Bila ada yang tertimpa musibah moral, yuk sama-sama saling mengusahakan perbaikan kearah yang lebih baik dan benar. Terima kasih sudah membaca curhatan saya, maaf bila panjang lebar kali tinggi, sekali lagi ini adalah opini yang inshaAllah tidak bermaksud buruk. Ini opini saya, saya tunggu opini Pembaca terhormat, wassalamu’alaykum.... ^_^

No comments:

Post a Comment