Assalamu’alaikum, Pembaca. Bagaimana
kabarnya? Semoga sehat selalu ya dan setiap pagi setelah bangun tidur sudah
dihiasi oleh semangat untuk terus memperbaiki diri menggunakan nikmat kesehatan
yang ada. Menilik tanggalan masehi kemarin 5 November 2013 di Indonesia
memperingati tahun baru kembali ya. Kali ini adalah Tahun Baru Hijriyah,
tepatnya 1435 H. Kok baru tahun baru
ya? Yang jelas penanggalan Hijriyah berpatok pada bulan bukan matahari ya, awal
jamnya berbeda, pun awal harinya berbeda, dan memang awal penentuan Tahun Baru
ini berbeda, yang mana belum bisa saya jelaskan, hehe, yuk browsing ya.... Sebagaimana Tahun Baru, tentunya persepsi
akan mengarah pada harapan dan tujuan baru yang ingin dicapai di tahun yang
baru ini. Kalau kata remaja jaman sekarang harus move on, menutup masa lalu dan melangkah ke masa depan. Eeeeiiiits, jangan melupakan masa lalu
ya. Di Tahun Baru ini ada baiknya terus memperbaiki diri, menetapkan
capaian-capaian yang seharunya lebih dibandingkan tahun sebelumnya itulah
mengapa kita jangan sampai membiarkan tahun lalu tanpa adanya evaluasi lebih
lanjut. Bukankah kita mengenal istilah muhasabah
yang biasanya kita dengar saat mengikuti kegiatan semacam ESQ. Sebagai orang
islam, maka apa yang dievaluasi?? Banyaaaak,
namun bisa diambil benang putihnya (benang merah sudah habis tahun lalu) adalah
kadar keimanan kita, yang terlihat dari keseharian kita.
Bagaimanakah shalat kita? Nah, masih berlubang? Tidaaak Tidaaak, alhamdulillah. Rutin?
Ya ya ya, alhamdulillah. Berjama’ah? Bisa jadi bisa jadi. Tepat waktu? Tidaaaak, eeee, bisa jadi bisa jadi, eeee. Khusyuk? Nah bingung menjawab apa? Bagaimana dengan yang sunnah? Dhuha,
qiyamul lail, rawatib, taubat, dan lainnya.... Beberapa pertanyaan yang sudah
tidak asing, dan beberapa jawaban yang pastinya pernah kita alami.
Bagaimanakah dengan puasa kita? Puasa ramadhan? Ya
ya ya, alhamdulillah. Puasa sunnah? Bisa jadi bisa jadi. Senin-kamis? Bisa jadi
bisa jadi. Ayyamul bidh? Tidaaaak
(mungkin belum familiar). Puasa Daud? Eeee.
Syawal? Tidaaak (tidak kuat iman
lihat ketupat sayur dan opor ayam). Hehe,
padahal puasa adalah ibadah yang langsung untuk dan dibalas oleh Allah.
Bagaimana dengan zakat? Sedekah? Infaq kita?
Setidaknya-tidaknya kalau zakat sudah ya saat ramadhan, kalau infaq ini untuk
yang ikhwan biasanya saat shalat jum’at, kalau sedekah? Sedekah dalam lingkup
luas juga bisa. Sedekah harta, sedekah ilmu, sedekah kebahagian, senyum salam
sapa sopan santun, dan berbagai macam hal yang bisa kita berikan untuk orang
lain yang jelas hal yang baik-baik saja dengan niat yang lurus. Sedekah maupun
infaq itu sedikit-sedikit tidak apa-apa asalkan rutin, biar terbiasa. Apa takut
kehabisan uang atau barang lainnya? Kalau kata ustadz Y.M. justru akan kembali
berkali-kali lipat.
Bagaimana tilawah Al-Qur’an dan kajianmu? Sehari
berapa lembar atau berapa juz? Sehari hafal berapa ayat? Sehari belajar berapa
hadits? Sehari berapa Sirah nabi dan sahabat? Sehari ikut kajian berapa kali? Hehe, kok parameternya tiap hari ya???
Hanya shalat? Puasa? Sedekah? Al-Qur’an? Setidaknya
itu bekal utama kita setiap harinya. Daaaan bekal tambahannya juga lebih banyak
lagi. Bagaimana relasimu dengan orang lain? Berapa orang mukmin yang kau
dekati? berapa orang yang kau ajak pada kebaikan? Berapa banyak orang tersenyum
bangga padamu? Berapa orang yang telah kau kecewakan? Berapa orang yang telah
kau buat sedih meskipun kau tak tahu? Hanya manusia? Berapa hewan tak berdosa
yang kau sakiti (menginjak semut, hehe)?
Apakah kau mengurus dengan baik binatang peliharaanmu? Hanya itu? Berapa tanaman
yang kau tanam? Berapa banyak daun yang iseng kau petiki? Bukankah dedaunan
juga bertasbih pada Allah? Atau soal kebersihan, berapa banyak sampah yang
dengan sadar kau buang disembarang tempat? Bagaimana kebersihan dan keindahan
tempat tinggalmu (kamar kosmu juga!)? Apalagi untuk pengguna jalan, berapa kali
menerobos lampu persimpangan? Berapa centimeter
marka jalan yang telah kau langgar? Berapa oknum yang telah kau kasihani saat
ada penilangan? hihihi. Dan masih
banyak hal lainnya lho ya, dunia ini luas, semakin luas semakin kompleks,
tetapi semakin banyak yang bisa dikaji dan dicari solusinya.
Sudah sudah sudah, lelah mencari hal-hal
yang janggal tetapi kita tak boleh lelah untuk memperbaiki kejanggalan
tersebut. Ada kalanya kita perlu melihat se-detail itu keseharian kita?
Bukankah kita akan dimintai pertanggungjawaban atas hal yang kita lakukan tiap
sepersekian detik? Memang sih nantinya shalat kita yang akan dihisab terlebih
dahulu, namun apa itu menutup kemungkinan hal-hal sepele yang kita remehkan
akan dimintai pertanggungjawabannya? Who
knows? Hanya Allah yang punya aturannya. Namun kembali lagi dilain sisi
kita tidak boleh menyepelekan hal-hal biasanya dianggap biasa, nah?. Apakah hal yang biasa kita lakukan
itu baik atau kurang baik? Benar atau salah? Dilarang atau tidak? Lengkap atau
setengah hati?.... atau ....? Ya, bermuhasabah
intinya. Hal yang wajib sampai yang dilarang, besar sampai terkecil, krusial
sampai sepele. Mempersiapkan diri, memperbaiki diri, mengevaluasi diri, sebelum
nantinya kitalah yang akan dievaluasi habis-habisan (wow) maksudnya dievaluasi seara total, jelas, terperinci, dihari
kemudian.
Karena penulis tidak lebih baik dari pembaca, maka saya mohon maaf
bila banyak yang menyinggung dan terkesan mendikte padahal kenyataannya saya
tak lebih baik dari Anda. Yuk
sama-sama memperbaiki diri, saling mengingatkan dalam kebaikan dan menjauhi
keburukan, saling mengevaluasi, untuk menjamin kadar meimanan kita satu tahun
kedepan yang lebih terarah, lebih terkontrol dan pastinya lebih baik dan
berkembang dari tahun sebelumnya. Wassalamu’alaikum, pembaca.
No comments:
Post a Comment