Friday, November 8, 2013

WELCOMES 1435 H


Assalamu’alaikum, Pembaca. Bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya dan setiap pagi setelah bangun tidur sudah dihiasi oleh semangat untuk terus memperbaiki diri menggunakan nikmat kesehatan yang ada. Menilik tanggalan masehi kemarin 5 November 2013 di Indonesia memperingati tahun baru kembali ya. Kali ini adalah Tahun Baru Hijriyah, tepatnya 1435 H. Kok baru tahun baru ya? Yang jelas penanggalan Hijriyah berpatok pada bulan bukan matahari ya, awal jamnya berbeda, pun awal harinya berbeda, dan memang awal penentuan Tahun Baru ini berbeda, yang mana belum bisa saya jelaskan, hehe, yuk browsing ya.... Sebagaimana Tahun Baru, tentunya persepsi akan mengarah pada harapan dan tujuan baru yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Kalau kata remaja jaman sekarang harus move on, menutup masa lalu dan melangkah ke masa depan. Eeeeiiiits, jangan melupakan masa lalu ya. Di Tahun Baru ini ada baiknya terus memperbaiki diri, menetapkan capaian-capaian yang seharunya lebih dibandingkan tahun sebelumnya itulah mengapa kita jangan sampai membiarkan tahun lalu tanpa adanya evaluasi lebih lanjut. Bukankah kita mengenal istilah muhasabah yang biasanya kita dengar saat mengikuti kegiatan semacam ESQ. Sebagai orang islam, maka apa yang dievaluasi?? Banyaaaak, namun bisa diambil benang putihnya (benang merah sudah habis tahun lalu) adalah kadar keimanan kita, yang terlihat dari keseharian kita.


Bagaimanakah shalat kita? Nah, masih berlubang? Tidaaak Tidaaak, alhamdulillah. Rutin? Ya ya ya, alhamdulillah. Berjama’ah? Bisa jadi bisa jadi. Tepat waktu? Tidaaaak, eeee,  bisa jadi bisa jadi, eeee. Khusyuk? Nah bingung menjawab apa? Bagaimana dengan yang sunnah? Dhuha, qiyamul lail, rawatib, taubat, dan lainnya.... Beberapa pertanyaan yang sudah tidak asing, dan beberapa jawaban yang pastinya pernah kita alami.


Bagaimanakah dengan puasa kita? Puasa ramadhan? Ya ya ya, alhamdulillah. Puasa sunnah? Bisa jadi bisa jadi. Senin-kamis? Bisa jadi bisa jadi. Ayyamul bidh? Tidaaaak (mungkin belum familiar). Puasa Daud? Eeee. Syawal? Tidaaak (tidak kuat iman lihat ketupat sayur dan opor ayam). Hehe, padahal puasa adalah ibadah yang langsung untuk dan dibalas oleh Allah.


Bagaimana dengan zakat? Sedekah? Infaq kita? Setidaknya-tidaknya kalau zakat sudah ya saat ramadhan, kalau infaq ini untuk yang ikhwan biasanya saat shalat jum’at, kalau sedekah? Sedekah dalam lingkup luas juga bisa. Sedekah harta, sedekah ilmu, sedekah kebahagian, senyum salam sapa sopan santun, dan berbagai macam hal yang bisa kita berikan untuk orang lain yang jelas hal yang baik-baik saja dengan niat yang lurus. Sedekah maupun infaq itu sedikit-sedikit tidak apa-apa asalkan rutin, biar terbiasa. Apa takut kehabisan uang atau barang lainnya? Kalau kata ustadz Y.M. justru akan kembali berkali-kali lipat.


Bagaimana tilawah Al-Qur’an dan kajianmu? Sehari berapa lembar atau berapa juz? Sehari hafal berapa ayat? Sehari belajar berapa hadits? Sehari berapa Sirah nabi dan sahabat? Sehari ikut kajian berapa kali? Hehe, kok parameternya tiap hari ya???


Hanya shalat? Puasa? Sedekah? Al-Qur’an? Setidaknya itu bekal utama kita setiap harinya. Daaaan bekal tambahannya juga lebih banyak lagi. Bagaimana relasimu dengan orang lain? Berapa orang mukmin yang kau dekati? berapa orang yang kau ajak pada kebaikan? Berapa banyak orang tersenyum bangga padamu? Berapa orang yang telah kau kecewakan? Berapa orang yang telah kau buat sedih meskipun kau tak tahu? Hanya manusia? Berapa hewan tak berdosa yang kau sakiti (menginjak semut, hehe)? Apakah kau mengurus dengan baik binatang peliharaanmu? Hanya itu? Berapa tanaman yang kau tanam? Berapa banyak daun yang iseng kau petiki? Bukankah dedaunan juga bertasbih pada Allah? Atau soal kebersihan, berapa banyak sampah yang dengan sadar kau buang disembarang tempat? Bagaimana kebersihan dan keindahan tempat tinggalmu (kamar kosmu juga!)? Apalagi untuk pengguna jalan, berapa kali menerobos lampu persimpangan? Berapa centimeter marka jalan yang telah kau langgar? Berapa oknum yang telah kau kasihani saat ada penilangan? hihihi. Dan masih banyak hal lainnya lho ya, dunia ini luas, semakin luas semakin kompleks, tetapi semakin banyak yang bisa dikaji dan dicari solusinya.


Sudah sudah sudah, lelah mencari hal-hal yang janggal tetapi kita tak boleh lelah untuk memperbaiki kejanggalan tersebut. Ada kalanya kita perlu melihat se-detail itu keseharian kita? Bukankah kita akan dimintai pertanggungjawaban atas hal yang kita lakukan tiap sepersekian detik? Memang sih nantinya shalat kita yang akan dihisab terlebih dahulu, namun apa itu menutup kemungkinan hal-hal sepele yang kita remehkan akan dimintai pertanggungjawabannya? Who knows? Hanya Allah yang punya aturannya. Namun kembali lagi dilain sisi kita tidak boleh menyepelekan hal-hal biasanya dianggap biasa, nah?. Apakah hal yang biasa kita lakukan itu baik atau kurang baik? Benar atau salah? Dilarang atau tidak? Lengkap atau setengah hati?.... atau ....? Ya, bermuhasabah intinya. Hal yang wajib sampai yang dilarang, besar sampai terkecil, krusial sampai sepele. Mempersiapkan diri, memperbaiki diri, mengevaluasi diri, sebelum nantinya kitalah yang akan dievaluasi habis-habisan (wow) maksudnya dievaluasi seara total, jelas, terperinci, dihari kemudian. 

Karena penulis tidak lebih baik dari pembaca, maka saya mohon maaf bila banyak yang menyinggung dan terkesan mendikte padahal kenyataannya saya tak lebih baik dari Anda. Yuk sama-sama memperbaiki diri, saling mengingatkan dalam kebaikan dan menjauhi keburukan, saling mengevaluasi, untuk menjamin kadar meimanan kita satu tahun kedepan yang lebih terarah, lebih terkontrol dan pastinya lebih baik dan berkembang dari tahun sebelumnya. Wassalamu’alaikum, pembaca.

No comments:

Post a Comment