Monday, February 1, 2016

GERAKAN MENUTUP AURAT: MENJAGA, MEMULIAKAN, SAUDARI SEUTUHNYA

Assalamu’alaykum, Pembaca. Syukur alkhamdulillah atas nikmat yang diberikan oleh Allah ta’ala hingga bulan Februari tahun 2016 masehi ini. Postingan edisi Februari, kiranya sudah bisa ditebak. Februari identik dengan 1 peringatan yang disukai muda-mudi kekinian. Suatu peringatan yang menguntungkan bagi pembuat coklat, penjual bunga, penjual surat dan kertas unyu-unyu, hingga pengusaha villa dan hotel sekelas kamboja *if you know what I mean. Ya, Valentine Day atau yang disalahartikan sebagian masyarakat sebagai hari Kasih Sayang.

To the point, masyarakat Indonesia yang semakin kritis tentu tidak segan sejenak searching makna dari Valentine Day, sejarah Valentine, perkembangan kekinian, dampak sosial maupun budaya, dan sebagainya, setuju? Tidak perlu tersipu malu untuk membuka wawasan, membuka pintu kelam masa lalu (atau mungkin sekarang), dan membiarkan seberkas cahaya berbalut hawa sejuk mengisi rumah yang kelam ini.

Terlepas dari momen tersebut, muda-mudi Indonesia, bahkan dunia, kini sudah move on. Ketika hari Kasih Sayang dimaknai dan disikapi dengan tepat oleh para muslimah, say good bye to Valentine Day and welcome GEMAR! GEMAR atau yang akrab disapa “Gerakan Menutup Aurat”, merupakan contoh nyata kasih sayang muslimah terhadap Indonesia, kini dan nanti. Sebuah gerakan yang berusaha menyelamatkan kita dari api neraka? (wih, ekstrem bahasanya!). Sebuah gerakan yang berusaha menggulung dagangan-dagangan “kurang kain” nan jahiliyah? (hmm, jahat sekali ya?). Ketika ada yang beranggapan seperti itu, cukuplah pahami GEMAR sebagai “gerakan yang berusaha memuliakan saudarinya, berusaha menjaga kehormatan saudarinya, berusaha menjadikan diri ini sebagai saudari yang seutuhnya”, bukankah kita bersaudara?

Tidak perlu heran ketika kelak saat hari Valentine ada agenda penggalangan hijab, bagi-bagi hijab laik pakai secara masif, bagi-bagi bunga, stiker unyu, kaus kaki antidingin, mengadakan seminar dan training hijab syar’i *tsaahh, mengadakan aksi di tempat-tempat yang tak terduga, dan sebagainya. Tidak perlu menganggap agenda seperti ini buang-buang waktu, tenaga, dana, bahkan perasaan. Toh semua yang terbuang itu bakal diganti oleh Allah dengan yang jauuuuuuh lebih baik dan banyak, kini maupun kelak, itu kalau Anda percaya sih. Tidak perlu beranggapan ini ajang cari perhatian untuk parpol, organisasi masyarakat, gerakan-gerakan yang berbasis islam (bukan yang ngaku-ngaku islam lho) karena itu sudah tugas utama mereka sehidup-semati, amar ma’ruf nahi munkar, itu kalau Anda paham sih. Tidak perlu malu untuk mulai mengenakan hijab, berpenampilan laiknya muslimah seutuhnya. Bila ada yang berpendapat bahwa memperbaiki sikap atau sifat lebih utama dari sekedar berhijab, rasanya justru setelah berhijab, kekuatan dan semangat untuk memperbaiki diri, bersikap-bersifat sewajarnya muslimah akan jauh lebih besar.

Overall, masyarakat kini semakin pintar, memaknai segala hal dengan lebih baik. Muslimah melihat potensi kebaikan yang bisa diwujudkan sebesar mungkin, menimbang besarnya mudharat yang akan berkembang bila suatu trend absurd dibiarkan, mengingat sudah kewajiban seseorang yang berbekal rahmatan lil’alamin untuk mengingatkan akan suatu kebenaran, dan menetapkan bahwa diri ini muslimah yang “siapa lagi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, siapa lagi kalau bukan saya, saya harus ambil bagian dalam kebaikan ini”. Inilah kasih sayang yang nyata. Bukankah wanita itu pilar suatu negara? Saling menguatkan antar pilar adalah hal yang utama, yo po ra?

Akhirnya, penulis mohon maaf atas segala tulisan yang kurang berkenan bagi Pembaca sekalian. Kritik dan pendapat selalu dinanti untuk perbaikan pemahaman penulis pribadi. Kesadaran, keikutsertaan, dan support Pembaca dalam segala kegiatan GEMAR yang hadir di kota Anda juga dinanti lho. See you at 14 Februari, Hari Menutup Aurat *Cowok juga lho!!!..

Wassalamu’alaykum, Pembaca tercinta.