Saturday, February 14, 2015

14 FEBRUARI.. CINTA MEREKA, CINTA RASULULLAH, CINTAKU, CINTAMU

Assalamu’alaykum, Pembaca tercinta. Syukur alkhamdulillah kepada Allah ta’ala atas segala nikmat islam, iman, ilmu, sehat, waktu, dan syukur alkhamdulillah atas segala cobaan yang silih berganti. Begitulah kiranya bentuk cinta Allah ta’ala kepada hamba-Nya. Dan alkhamdulillah hari ini bertepatan tanggal 14 Februari dalam penanggalan masehi oleh karena itu ijinkan saya dari lubuk hati terdalam mengucapkan “Selamat Hari Sabtu, Pembaca tercinta!”.

Pembaca yang terhormat, 14 Februari merupakan tanggal yang tidak asing bagi mereka-mereka khususnya para remaja, muda-mudi yang sedang mencari jati diri. Sebuah peringatan bertajuk cinta dan kasih sayang, “Valentine Day” atau seringkali diartikan “Hari Kasih Sayang” yaaa meskipun kalau lihat kamus atau buka google translate, “Valentine” artinya bukan kasih sayang. Nah, apa sih Valentine Day itu? Mengapa diperingati khususnya oleh muda-mudi? Siapa yang boleh memperingati? Apa kata mereka tentang peringatan ini?

Pembaca yang terhormat, silahkan tanya google dan cari dengan keyword “Valentine Day” pasti dia bisa jawab dengan berbagai versi kisah terkait Valentine. So pasti penulis tidak akan membahasnya.

Bukan rahasia lagi kini pegiat anti-Hari Valentine mem-blow up berbagai penyimpangan terkini dalam peringatan ini seperti remaja yang kian “liar” dalam memaknai cinta, maraknya “(ber)hubungan” diluar nikah atas dasar suka sama suka, hingga pembelian sesuatu dengan bonus k***** khusus pada tanggal ini. Inilah bentuk cinta antimainstream mereka yang begitu kritis dan ingin menyampaikan betapa menakutkannya cinta bila keluar dari relnya #Anjlok.

Ada pula yang mem-blow up anjuran untuk menikah sebagai jalan utama mengatasi masalah perzinaan yang kian meremaja. Ketika coklat dan bunga diberikan dengan nafsu belaka, saatnya buku nikah dan mahar diberikan dengan penuh tanggung jawab kepada Allah, mertua, dan pasangan sah #AsliSoSwit. Itulah bentuk cinta mereka yang ingin generasi penerus Indonesia tidak jatuh (lagi, lagi, dan terus) kedalam jurang perzinaan.

Ada juga kelompok yang mem-blow up aksi Gerakan Menutup Aurat #GEMAR dengan agenda bagi-bagi hijab sebagai counter-isu pada umumnya dan sebagai bentuk ajakan untuk kembali kepada syari’at islam, ajakan untuk taat kepada Allah ta’ala dengan mengenakan jilbab, kerudung, dan sejenisnya khusus untuk kaum hawa. Pun kaum adam juga harus menutup aurat, mungkin bisa bagi-bagi sarung.

Perlu (dan harus) kita apresiasi perjuangan saudara-saudari kita yang mengupayakan perbaikan diri dan perbaikan bangsa Indonesia dengan mengedepankan syari’at agama yang rahmatan lil’alamin, bukan dengan mengedepankan budaya dan kebiasaan yang jelas-jelas banyak mudharatnya. Itu cerita cinta mereka yang peduli dengan bangsa Indonesia.

Pembaca yang dirahmati Allah, berbicara cinta tentulah Rasulullah Muhammad menjadi teladan dan bukti suksesnya cinta yang tidak keluar dari relnya. Sebagai umat islam, penulis percaya bahwa Pembaca sekalian tidak lagi awam dengan kisah saat Rasulullah dengan sabar dan istiqomah menyuapi seorang yang buta dan selalu menghina beliau. Dan orang buta tadi masuk islam ketika tahu bahwa yang biasa menyuapinya adalah Rasulullah.

Rasanya juga tidak awam dengan kisah seorang badui yang buang air di dalam masjid dan hendak dimarahi oleh sahabat. Namun dengan bijak Rasulullah membiarkan badui tersebut dan meminta sahabat untuk membersihkan bekasnya hanya karena badui tersebut belum tahu adabnya.

Kita juga tidak asing dengan kisah saat Rasulullah selalu dihina dan dilempari sesuatu yang menjijikkan oleh seseorang. Manakala orang tersebut sakit Rasulullah menanyakan keberadaannya dan dengan senang hati ingin membesuk/ menjenguk sembari membawa roti untuk orang tersebut. Orang tersebut menangis lalu menyatakan masuk islam ketika tahu bahwa Rasulullah lah orang yang pertama menjenguknya.

Dan satu lagi kisah saat Rasulullah diakhir usianya, siapa yang beliau ingat? Putri beliau? Istri beliau? Sahabat beliau? Tentu kita tahu beliau berkata yang artinya “umatku, umatku, umatku”. Pembaca, betapa cinta Rasulullah begitu besar kepada umatnya, bahkan diakhir usianya beliau ingat pada kita! Cinta semacam itu tidak lain tidak bukan, pasti didasari bukan karena suka sama suka, namun karena cinta hanya kepada Allah ta’ala. Cinta inilah yang tidak keluar dari relnya. Begitulah cerita cinta ala Rasulullah terhadap umatnya.

Pembaca sekalian, 14 Februari adalah hari biasa sebagaimana hari lainnya. Namun tidak ada salahnya bila hari ini kita melakukan hal yang lebih baik dibandingkan tanggal 13 Februari kemarin. Berhubung hari sabtu, kita bisa berkumpul dengan keluarga dan melakukan hal yang disukai. Saat mereka diluar sana bertukar coklat, bersama keluarga kita bertukar cerita, sharing masalah sekolah/ perkuliahan, sharing masalah pekerjaan, atau sekedar bincang-bincang hangat sekaligus mempererat kekeluargaan.

Atau disaat mereka sedang deg-deg-an membaca surat cinta dari “pasangan” mereka, kita dengan tenang dan kalem membaca Al-Qur’an dan memperbanyak dzikir ataupun membaca buku-buku yang bermanfaat.

Saat mereka nun dekat disebelah saling memberi hadiah kepada “pasangan”nya, kita dengan hati yang ikhlas memberi sedekah dan infaq kepada yang membutuhkan atau bahkan memberi hadiah kepada saudara-saudari kita.

 Disaat mereka saling mengucap “I love yu”, “Aku suka kamu”, “Gue naksir loe”, “Aku tresna kowe (kowe = anak monyek dalam bahasa jawa)” atau cipika-cipiki saat bertemu, kita senantiasa mengucap “Assalamu’alaykum” sembari berjabat tangan saat bertemu saudara kita (kalau saudari cukup salam deh ya, hehe). Dan masih banyak hal baik yang bisa kita lakukan syukur-syukur tanggal 15 Februari besok lebih baik dari tanggal 14 Februari. Ini cerita cintaku, mana cerita cintamu??


Pembaca yang terhormat, penulis memohon maaf bila ada perbedaan pemikiran bahkan pendapat dari penulis yang kurang berkenan. Kritik dan saran yang membangun selalu ditunggu, itulah bukti cinta dan kasih sayang Pembaca. Karena penulis tidak lebih baik dari Pembaca. Yuk sama-sama memperbaiki diri dan berwasiat dalam hal kebaikan. Wassalamu’alaykum, Pembaca tercinta. (mw)