Assalamu’alaykum,
Pembaca. Syukur alkhamdulillah selalu
kita ucapkan kepada Allah swt. Atas ijin-Nya kita masih berkesempatan menikmati
secuil nikmat dunia hingga akhir tahun masehi ini. Dan alkhamdulillah kemarin telah kita peringati Hari Ibu nih yang
disebut-sebut menjadi trending topic
di dunia maya, dunia nyata, dan mungkin dunia lain. Berbicara tentang Hari Ibu
nih, pasti kemarin Pembaca sudah memberikan hal terbaik untuk ibu, mulai dari
ucapan lisan “terima kasih ibuk, selamat
hari ibu, ibu baik deh!” (pasang wajah memelas), “Love u Mom, you’re my everthing!” (iklan susu deh), dan sejenisnya,
hingga yang berbentuk hadiah spesial berupa hal-hal yang disukai ibu mulai dari
masakan spesial dari anak tercinta, membantu pekerjaan rumah, dan sebagainya
dengan harapan yang berbeda pula, berharap senyum spesial seorang ibu, pelukan
hangat dari ibu, ridho dan do’a seorang ibu, pokoknya bukan berharap uang saku
ditambah saja #ups. Sungguh hebat
kalau Pembaca memanfaatkan momen kemarin dengan meminta maaf, do’a, dan ridho
ibu. Tak jauh berbeda dengan mereka yang sudah ditinggal terlebih dahulu,
pastinya do’a paling spesial-lah yang mereka ucapkan. Overall setidaknya kemarin kita sempat ingat pada ibu kita, bukan
begitu?
“Sempat ingat”? Ya, kemarin kita “sempat”
ingat ibu kita. Seakan-akan kita jarang ingat kepada ibu kita, benar? Seolah
kita ini anak yang jarang memikirkan ibu kita, setuju? Bagi yang serumah dengan
ibu, tidak jarang lho kita bangun pagi lalu teringat tugas-tugas yang menanti
kita, bergegas mandi, ganti pakaian, makan pagi, lalu cusss ke sekolah atau tempat kerja. Kita tidak begitu peduli siapa
yang memasak makanan yang membuat kita siap sedia menjalani hari demi hari.
Kita pulang dari sekolah atau tempat kerja, rumah sudah begitu cantik dan
rapinya, dengan kasur dan makanan yang siap memanjakan kita. Dan alhasil kita
mungkin lupa siapakah behind the scene
kenyamanan yang kita rasakan. Bagi Pembaca yang berstatus perantau kos-lover jauh dari ibu, berapa kali
dalam 1 tahun Anda memberi kabar pada ibu tanpa beliau hubungi dahulu? Berapa kali
dalam 1 bulan Anda memberi kabar bahwa dompet Anda sudah tidak berpenghuni
sebelum ibu Anda yang bertanya? Berapa kali dalam 1 minggu terbesit dalam
pikiran Anda keingintahuan akan kabar ibu? Lalu bagaimana dengan mereka yang
sudah berkeluarga? Yang sudah berbeda rumah dengan orang tua #ehm, apalagi yang sudah tidak bisa
dipertemukan kembali untuk saat ini, seberapa ingatkah kita sebelum akhirnya
kelak dipertemukan? Bukan bermaksud buruk sangka lho.
Pembaca
yang terhormat, dengan momen Hari Ibu kemarin, yuk yuk yuk kita selalu bersyukur kepada Allah swt atas segala
kebaikan yang Allah berikan melalui ibu kita. Allah memberikan berkah makan
makanan buatan ibu, Allah memberikan berkah pakaian yang bagus yang dibelikan
oleh ibu atau bahkan ibu kita yang membuatnya untuk kita, Allah memberikan
sebuah berkah yang insyaaAllah tidak
bisa kita dapatkan untuk kedua kalinya dan pasti tidak didapatkan oleh anak
lain yaitu nikmat lahir dengan selamat ke dunia ini melalui rahim ibu atas ijin
Allah meskipun pada saat itu kita sebagai bayi tidak tahu bagaimana apa yang
dirasakan ibu kita. Ibu hanya berpikir dan pasti berbaik sangka, bangga bisa
melahirkan seorang generasi penerus bangsa dambaan umat, berusaha menepis rasa
sakit yang saya sebagai laki-laki tidak tahu seberapa sakit itu. Pun ketika
seorang ibu ketika melahirkan harus dijemput oleh Pemilik Kehidupan, insyaaAllah surga lah balasannya. Masih
adakah alasan untuk tidak memikirkannya sedetik saja? Masih adakah alasan untuk
tidak membuatnya tersenyum sekali saja? Masih adakah alasan untuk tidak menyisipkan
nama ibu kita dalam setiap lantunan do’a? Betapa Rasulullah Muhammad saw
menegaskan untuk menghormati ibu 3x melebihi hormat kita pada bapak. Pembaca,
sadarlah setetes air susu ibu tidak akan terbalas oleh dunia seisinya bila kita
persembahkan untuk beliau. Namun bukan berarti tidak ada gunanya apa yang kita
berikan pada beliau. Justru harusnya membuat kita semakin memperbanyak berbuat
baik pada ibu. Guru saya pernah berkata bahwa ridho Allah ridhonya orang tua (termasuk
ibu). Dan ketika ibu kembali pada Penciptanya, hilanglah ridho tersebut,
selamanya. Oleh karena itu yuk sama-sama
ingat sembari bersyukur atas hadirnya ibu dalam kehidupan kita. Jangan sampai
beliau sedih ataupun kecewa atas tingkah laku kita. Terlebih jangan sampai
beliau menyesal kelak di akhirat atas tingkah laku kita. Karena penulis tak
lebih baik dari Pembaca, penulis mohon maaf atas kata-kata yang kurang berkenan
di hati. Terima kasih dan wassalamu’alaykum.
(mw)