Assalamu’alaykum,
Pembaca yang dirahmati Allah. Bagaimana kabar Anda sekalian? Insya Allah dan semoga selalu dalam
kondisi terbaik, dalam kondisi bersyukur saat sehat maupun sakit, dalam kondisi
fit untuk melakukan seluruh list kebaikan yang telah direncanakan dalam 1 hari
ini. Mungkin Pak MTGW akan mengucapkan 2 kata super memotivasi, super
menghargai usaha kita, super membuat
kita untuk selalu menjadi super, ya Anda
“Super Sekali” (sembari menyodorkan secuil jempol tangan kanan). Salah satu
guru saya juga pernah bilang bahwa saat kita bangun tidur usahakan langsung
memikirkan hal baik dan perbaikan selama sehari ini, waw, how about kita saat
bangun tidur? Mungkin yang terbesit pertama adalah “masih ngantyuuuuk, bubuk
agy aaaah” z_z. Pembaca yang terhormat, memang benar alangkah baiknya kita
membuat list kebaikan yang sebisa
mungkin kita lakukan dalam 1 hari ini: mengucap salam, menanyakan kabar,
membantu teman nyelesaiin tugasnya,
membantu agenda organisasi, silaturahim, banyakin baca dan memahami Al-Qur’an,
ikut pengajian dan kajian ilmu, nraktir
orang se-kampus (what???), de el el, sesuai kemampuan, syarat dan
ketentuan yang berlaku. Cukup “super sekali” kan list tersebut? Melakukannya untuk kebaikan diri sendiri, mengucap
salam dan menanyakan kabar teman dekat kita. Membantu teman menyelesaikan
tugasnya karena ingin dianggap pintar, baik hati, tidak sombong, suka menabung atau
mungkin karena dia yang (ehm) menjadikan hidup kita “terasa” spesial bila, haha. Membantu jutaan agenda organisasi
biar tidak dicap mahasiswa kupu-kupu
(kuliah pulang kuliah pulang). Belain ikut pengajian dan kajian karena ada si
dia, dia, dan dia atau biar terlihat alim oleh ribuan pasang mata. Mentraktir
orang se-kampus karena ingin update, gahooool, biar gak dibilang cupu, kudet, atau apalah sebutan hinanya.
Benar begitu Pembaca??? Bila iya, Anda dapat 100 poin karena Anda jujur dan berani
mengakuinya tapi -100 poin bila Anda bangga melakukannya. Bila tidak, selamat
Anda mendapat 1 dikali X poin karena mungkin ada alasan lain untuk itu.
Pembaca
yang saya banggakan (eh tapi jangan Ge’eR ya), salah satu guru saya pernah
mengingatkan saya dengan sangat halus melalu 3 kata “Karenanya atau karena-Nya”.
Beda font size saja padahal, yang
satu n (normal) satunya N (capslock), namun interpretasi dan konsekuensinya itu
lhooo. Ya, kriminolog nyebutnya motif,
kalau motivator nyebutnya motivasi, kalau Penulis normal saja deh “NIAT”.
Apapun yang kita lakukan pasti diawali sebuat niat, “sesuatu” yang ingin kita
dapat/ capai/ tuju, sekalipun perbuatan tersebut kurang baik juga diawali oleh
niat. Guru saya yang lain juga pernah cerita tentang seorang pemuda yang ikut
hijrah Rasulullah SAW karena niatnya ingin bersama seorang perempuan, alhasil
hijrah yang kebaikan dan besar (pahala)nya sungguh luar biasa tidak didapatnya,
melainkan hanya seorang perempuan yang sedari awal dia inginkan. Coba flashback pada list kebaikan yang telah kita buat atau bahkan telah kita lakukan.
Sudah benarkah niat kita? Sudah luruskah niat kita? Sudah konsistenkah niat
kita? Kita menyapa, bersosialisasi, dan sebagainya hanya untuk mencari teman,
hanya ingin dikenal orang, hanya ingin mencari kesenangan ngobrol ngalor ngidul etan kulon? Kita kuliah, sekolah, hanya ingin
mendapat nilai A/100? Masihkah kita mencontek saat ujian? Kita bekerja, hanya
ingin mendapat uang gaji bulanan? Masihkah kita memaksa meminta kenaikan
pangkat dan gaji? Kita ikut pengajian dan kajian hanya untuk dikenal dan dicap
sebagai orang “benar”? Masihkah kita ngaji dan belajar sendiri kalau tidak ada
yang mengajak atau menemani?
Pembaca
yang dirahmati Allah, Penulis pribadi masih sering keluar dari jalur utama
niat. Masih sering terbesit cabang-cabang niat yang tidak jelas, ya itu semua
mungkin karena niat yang belum murni, kalaupun niat kita murni mungkin belum
berdifusi merata ke hati, dan bisa jadi karena titik titik hitam yang sering muncul
menjadi kompetitor niat baik sejalan dengan dosa yang kita lakukan setiap hari,
setiap saat, bahkan setiap detik. Menakutkan sekali lho kalau kita melenceng
dari niat, niat karena Allah tiba-tiba melenceng menjadi niat karena ingin
dikenal dan terkenal, melenceng menjadi niat ingin terlihat gaul, melenceng
menjadi niat untuk mendapatkan harta, jabatan, atau pasangan, Penulis takut sakitnya
itu lho disana (mikir ketika
diakhirat piye). Oleh karena itu yuuuuk selalu berusaha memperbaiki niat
kita, bukankah semua yang didapatkan sesuai niatnya? Kalau bisa berniat hanya
pada Allah SWT, Mahapencipta, ngapain susah-susah
niat untuk makhluk ciptaan-Nya. Penulis mohon maaf bila banyak tulisan yang
kurang berkenan dihati Pembaca, semoga bermanfaat, dan wassalamu’alaykum.