Monday, November 11, 2013

.."SOMETIMES, TRUE HEROES ARE NOT RECOGNISED"..


Assalamu’alaikum, Pembaca. Sebelumnya saya ucapkan “selamat Hari Pahlawan!”, salah satu hari nasional Indonesia yang diperingati setiap tanggal 10 November. Ngomong-ngomong kemarin itu Hari Pahlawan tahun keberapa ya?? Hehe, hayooo hitung sendiri ya mulai dari awal dicetuskannya hari nasional ini. Kalau ditanya peristiwa pastinya atau siapa sajakah yang terlibat silahkan membuka kembali buku diktat sejarahnya ya (masih ada kan??), atau silahkan bertanya pada saksinya langsung. Berbicara tentang Hari Pahlawan, saya ingin berbicara seputar “pahlawan”. Siapa sih “pahlawan” menurut kamus pemikiran Anda? Bagaimana karakteristik seorang “pahlawan” Anda itu? Lalu apa sih yang dilakukan “pahlawan” itu? Apakah “pahlawan” itu perlu Anda tiru?....


Siapa yang tak kenal istilah super hero?? Sebut saja inisialnya “S”, atau yang ada gambar binatang (laba-laba, kelelawar, dkk), atau yang ketumpahan cat warna hijau, atau yang suka menipu dengan 1 juta bayangan, atau apapun itu warna-warni yang dengan PeDenya tampil di televisi kita. Ya, merekalah super hero dengan karakteristik yang unik, kemampuan yang (mungkin) irrasional, dengan tantangan yang juga aneh-aneh (mungkin), atau seorang yang super dengan pekerjaan dan profesi yang sungguh tidak super. Tak jarang kita dibuat bingung bagaimana mendapatkan kemampuan tersebut, bingung mengapa harus ada musuh yang sama-sama kemampuannya unik. Hahaha, tenang saja, tak perlu bingung, tak perlu menyalahkan mereka yang dengan sengaja dibuat seperti itu. Itulah dunia hiburan, nikmatilah berbagai macam keunikannya, ambil sisi positifnya. Itukah pahlawan? Maybe, tetapi fiksi, tidak salah bila kita berpikiran seperti itu. Namun tidak adakah “pahlawan” yang lebih nyata?????.... Ayo membuka mata hati dan pemikiran kita, mencari mereka-mereka yang (sebenarnya) bisa kita anggap “pahlawan”. Beberapa contoh saja yaaaa....


1.      Guru, dosen, staf pengajar, relawan pengajar, dkk. Siapa mau menjadi guru? Mengajar dan memahamkan mereka-mereka yang belum tahu berbagai hal, tak jarang ada yang justru menolak ilmunya, ada yang tidak menghiraukan saat guru menerangkan, dan lainnya. Siapa yang tidak mau menjadi guru hanya karena gajinya sedikit?.... Alhamdulillah, pendidikan kita sampai jenjang kuliah atau bahkan kerja.

2.      Petani, peternak, dkk. Tak sedikit yang menganggap itu pekerjaan yang (maaf) untuk status ekonomi, sosial, pendidikan rendah. Ingat ya! kita yang sampai sekarang masih makan nasi, apakah nasi itu tiba-tiba ada di piring? Yang sekarang masih makan sayur, apakah sayuran itu tumbuh di piring? Yang mengaku setiap hari makan buah, apakah buah itu tumbuh di almari pendingin (kulkas)? Yang setiap hari makan daging, apakah daging itu daging kita???.... Alhamdulillah, kita masih sehat karena asupan makanan.

3.      Tukang sampah, “pasukan kuning”, pak bon, dkk. Setiap hari perasaan kita setor sesuatu di tempat sampah, lalu keesokan harinya lenyap. Hari ini melihat sampah dan dedaunan gugur di tepi jalan, satu jam kemudian sudah bersih jalannya. Dengan wajah tidak berdosa membuang sesuatu tidak pada tempat dan aturannya, lalu besok hari sesuatu itu hilang. Hilang kemana? Lenyap kemana? Siapa yang curi (mengambil sesuatu tanpa ijin pemilik) itu sesuatu?.... Alhamdulillah, lingkungan kita bersih, otomatis mengurangi kemungkinan bibit penyakit, keindahan tetap menghiasi kemanapun mata memandang.

4.      Pengayuh becak, ojek, supir angkot, dkk. Kemanapun mau pergi, apapun bawaannya, tetap diusahakan untuk sampai tujuan. Tak jarang tawar menawar pun dilakukan hanya untuk menghemat pengeluaran kita yang (mungkin) tak sebanding dengan “pengeluaran” mereka.... Alhamdulillah, kita masih bisa bersantai diri.

5.      Tukang loak, pendaur ulang barang bekas, dkk. Mencari hal yang dianggap kurang bermanfaat untuk diberikan suatu hal yang bermanfaat. Ya, mengolah kreatifitas untuk berinovasi meski bermodal hal tak berharga. Tak jarang kita mencari hal yang murah namun manfaatnya sangat mahal/ berharga. Kalaupun kita mempunyai barang yang tak terpakai, mereka siap menerimanya.... Alhamdulillah, kita memperoleh suatu manfaat dari yang awalnya kita anggap sudah tak mempunyai manfaat.

6.      Daaaaaaan masih banyak lagi....

Lima contoh pekerjaan dan atau profesi yang (tak bisa dimungkiri) masih diremehkan eksistensinya, benar?. Diremehkan hanya karena gaji/ bayaran yang tak sesuai? Berpikir materi. Diremehkan karena tak butuh keahlian khusus? Berpikir pendidikan. Diremehkan karena tak mampu meningkatkan kebahagiaan? Berpikir status sosial dan ekonomi. Diremehkan karena apa lagi???.... Jawabannya, “DIREMEHKAN KARENA KETIDAKPAHAMAN KITA TERHADAP MEREKA”. Yuk menjadi ahli hikmah, menjadi seseorang yang mendengarkan 1 hal namun memahami 2 hal. Bisa saya sebut mereka sebagai contoh “pahlawan” yang nyata, karena eksistensinya tak bisa dimungkiri adanya, berbagai macam keunikan (kekreatifan) mereka untuk mensiasati masalah sehingga kehidupan mereka terus berjalan, lebih-lebih mencurahkan tenaga dan waktunya demi menghidupi orang lain saat orang lain tak pernah mau menghidupi mereka. Bukankah setiap manusia lahir dengan kelebihannya masing-masing? Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain? Bukankah menjadi manusia yang terbaik pasti diuji berbagai macam hal? Dan sebaik-baik manusia adalah yang mampu berpikir dan mengambil hikmah dari apapun yang ada dilangit dan bumi Allah ini, benar? Tak terkecuali hikmah yang Dia titipkan pada makhluk-Nya untuk kita pikirkan. Apa perlu kita menjadi mereka seutuhnya?? Tidak, namun kita bisa mencontoh hal positifnya. Alhamdulillah untuk kita yang merasa diberi nikmat yang lebih, karakteristika yang lebih, keunikan yang lebih, sehingga kita harus memanfaatkannya semaksimal mungkin demi kemaslahatan orang banyak.... JADILAH “PAHLAWAN” DENGAN KELEBIHANMU MASING-MASING!!!


Pembaca, pada intinya adalah mencoba mencari suatu hal positif dari hal yang (biasanya) dianggap kurang penting. Menghormati dan menghargai setiap yang dilakukan orang lain juga perlu karena mungkin kita tak lebih baik dari mereka. Kita juga disarankan untuk tidak menjelek-jelekkan pekerjaan orang lain, apalagi kita tidak tahu seberapa besar jasa mereka untuk hidup kita sampai detik ini. Memang kita hidup atas berkah dari Allah, tapi tidak selalu ujug-ujug sampai pada kita langsung, ada juga makhluk (orang) lain sebagai perantaranya, dan orang lain itulah yang bisa kita jumpai disekeliling kita. Tak hanya mengucap terima kasih dan syukur alhamdulillah kepada Allah, namun juga kepada mereka yang berkontibusi kepada kita, meskipun kita belum sadar, belum tahu, dan mungkin belum mau untuk tahu. Kurang dan kesalahannya mohon dimaafkan, karena saya bukan pahlawan, hehehe gak nyambung. Semoga bermanfaat, mohon saran perbaikan dan kritikan bila ada yang perlu diperbaiki karena penulis tak lebih baik dari pembacanya.... Ada quote yang asyik: “sometimes, true heroes are not recognised”, artikan sendiri!.... Wassalamu’alaikum, Pembaca.

Friday, November 8, 2013

WELCOMES 1435 H


Assalamu’alaikum, Pembaca. Bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya dan setiap pagi setelah bangun tidur sudah dihiasi oleh semangat untuk terus memperbaiki diri menggunakan nikmat kesehatan yang ada. Menilik tanggalan masehi kemarin 5 November 2013 di Indonesia memperingati tahun baru kembali ya. Kali ini adalah Tahun Baru Hijriyah, tepatnya 1435 H. Kok baru tahun baru ya? Yang jelas penanggalan Hijriyah berpatok pada bulan bukan matahari ya, awal jamnya berbeda, pun awal harinya berbeda, dan memang awal penentuan Tahun Baru ini berbeda, yang mana belum bisa saya jelaskan, hehe, yuk browsing ya.... Sebagaimana Tahun Baru, tentunya persepsi akan mengarah pada harapan dan tujuan baru yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Kalau kata remaja jaman sekarang harus move on, menutup masa lalu dan melangkah ke masa depan. Eeeeiiiits, jangan melupakan masa lalu ya. Di Tahun Baru ini ada baiknya terus memperbaiki diri, menetapkan capaian-capaian yang seharunya lebih dibandingkan tahun sebelumnya itulah mengapa kita jangan sampai membiarkan tahun lalu tanpa adanya evaluasi lebih lanjut. Bukankah kita mengenal istilah muhasabah yang biasanya kita dengar saat mengikuti kegiatan semacam ESQ. Sebagai orang islam, maka apa yang dievaluasi?? Banyaaaak, namun bisa diambil benang putihnya (benang merah sudah habis tahun lalu) adalah kadar keimanan kita, yang terlihat dari keseharian kita.


Bagaimanakah shalat kita? Nah, masih berlubang? Tidaaak Tidaaak, alhamdulillah. Rutin? Ya ya ya, alhamdulillah. Berjama’ah? Bisa jadi bisa jadi. Tepat waktu? Tidaaaak, eeee,  bisa jadi bisa jadi, eeee. Khusyuk? Nah bingung menjawab apa? Bagaimana dengan yang sunnah? Dhuha, qiyamul lail, rawatib, taubat, dan lainnya.... Beberapa pertanyaan yang sudah tidak asing, dan beberapa jawaban yang pastinya pernah kita alami.


Bagaimanakah dengan puasa kita? Puasa ramadhan? Ya ya ya, alhamdulillah. Puasa sunnah? Bisa jadi bisa jadi. Senin-kamis? Bisa jadi bisa jadi. Ayyamul bidh? Tidaaaak (mungkin belum familiar). Puasa Daud? Eeee. Syawal? Tidaaak (tidak kuat iman lihat ketupat sayur dan opor ayam). Hehe, padahal puasa adalah ibadah yang langsung untuk dan dibalas oleh Allah.


Bagaimana dengan zakat? Sedekah? Infaq kita? Setidaknya-tidaknya kalau zakat sudah ya saat ramadhan, kalau infaq ini untuk yang ikhwan biasanya saat shalat jum’at, kalau sedekah? Sedekah dalam lingkup luas juga bisa. Sedekah harta, sedekah ilmu, sedekah kebahagian, senyum salam sapa sopan santun, dan berbagai macam hal yang bisa kita berikan untuk orang lain yang jelas hal yang baik-baik saja dengan niat yang lurus. Sedekah maupun infaq itu sedikit-sedikit tidak apa-apa asalkan rutin, biar terbiasa. Apa takut kehabisan uang atau barang lainnya? Kalau kata ustadz Y.M. justru akan kembali berkali-kali lipat.


Bagaimana tilawah Al-Qur’an dan kajianmu? Sehari berapa lembar atau berapa juz? Sehari hafal berapa ayat? Sehari belajar berapa hadits? Sehari berapa Sirah nabi dan sahabat? Sehari ikut kajian berapa kali? Hehe, kok parameternya tiap hari ya???


Hanya shalat? Puasa? Sedekah? Al-Qur’an? Setidaknya itu bekal utama kita setiap harinya. Daaaan bekal tambahannya juga lebih banyak lagi. Bagaimana relasimu dengan orang lain? Berapa orang mukmin yang kau dekati? berapa orang yang kau ajak pada kebaikan? Berapa banyak orang tersenyum bangga padamu? Berapa orang yang telah kau kecewakan? Berapa orang yang telah kau buat sedih meskipun kau tak tahu? Hanya manusia? Berapa hewan tak berdosa yang kau sakiti (menginjak semut, hehe)? Apakah kau mengurus dengan baik binatang peliharaanmu? Hanya itu? Berapa tanaman yang kau tanam? Berapa banyak daun yang iseng kau petiki? Bukankah dedaunan juga bertasbih pada Allah? Atau soal kebersihan, berapa banyak sampah yang dengan sadar kau buang disembarang tempat? Bagaimana kebersihan dan keindahan tempat tinggalmu (kamar kosmu juga!)? Apalagi untuk pengguna jalan, berapa kali menerobos lampu persimpangan? Berapa centimeter marka jalan yang telah kau langgar? Berapa oknum yang telah kau kasihani saat ada penilangan? hihihi. Dan masih banyak hal lainnya lho ya, dunia ini luas, semakin luas semakin kompleks, tetapi semakin banyak yang bisa dikaji dan dicari solusinya.


Sudah sudah sudah, lelah mencari hal-hal yang janggal tetapi kita tak boleh lelah untuk memperbaiki kejanggalan tersebut. Ada kalanya kita perlu melihat se-detail itu keseharian kita? Bukankah kita akan dimintai pertanggungjawaban atas hal yang kita lakukan tiap sepersekian detik? Memang sih nantinya shalat kita yang akan dihisab terlebih dahulu, namun apa itu menutup kemungkinan hal-hal sepele yang kita remehkan akan dimintai pertanggungjawabannya? Who knows? Hanya Allah yang punya aturannya. Namun kembali lagi dilain sisi kita tidak boleh menyepelekan hal-hal biasanya dianggap biasa, nah?. Apakah hal yang biasa kita lakukan itu baik atau kurang baik? Benar atau salah? Dilarang atau tidak? Lengkap atau setengah hati?.... atau ....? Ya, bermuhasabah intinya. Hal yang wajib sampai yang dilarang, besar sampai terkecil, krusial sampai sepele. Mempersiapkan diri, memperbaiki diri, mengevaluasi diri, sebelum nantinya kitalah yang akan dievaluasi habis-habisan (wow) maksudnya dievaluasi seara total, jelas, terperinci, dihari kemudian. 

Karena penulis tidak lebih baik dari pembaca, maka saya mohon maaf bila banyak yang menyinggung dan terkesan mendikte padahal kenyataannya saya tak lebih baik dari Anda. Yuk sama-sama memperbaiki diri, saling mengingatkan dalam kebaikan dan menjauhi keburukan, saling mengevaluasi, untuk menjamin kadar meimanan kita satu tahun kedepan yang lebih terarah, lebih terkontrol dan pastinya lebih baik dan berkembang dari tahun sebelumnya. Wassalamu’alaikum, pembaca.