Assalamu’alaikum,
Pembaca. Sebelumnya saya ucapkan “selamat Hari Pahlawan!”, salah satu hari
nasional Indonesia yang diperingati setiap tanggal 10 November. Ngomong-ngomong kemarin itu Hari
Pahlawan tahun keberapa ya?? Hehe, hayooo hitung sendiri ya mulai dari
awal dicetuskannya hari nasional ini. Kalau ditanya peristiwa pastinya atau
siapa sajakah yang terlibat silahkan membuka kembali buku diktat sejarahnya ya
(masih ada kan??), atau silahkan bertanya pada saksinya langsung. Berbicara
tentang Hari Pahlawan, saya ingin berbicara seputar “pahlawan”. Siapa sih “pahlawan” menurut kamus pemikiran
Anda? Bagaimana karakteristik seorang “pahlawan” Anda itu? Lalu apa sih yang dilakukan “pahlawan” itu?
Apakah “pahlawan” itu perlu Anda tiru?....
Siapa
yang tak kenal istilah super hero??
Sebut saja inisialnya “S”, atau yang ada gambar binatang (laba-laba, kelelawar,
dkk), atau yang ketumpahan cat warna hijau, atau yang suka menipu dengan 1 juta
bayangan, atau apapun itu warna-warni yang dengan PeDenya tampil di televisi kita. Ya, merekalah super hero dengan karakteristik yang unik, kemampuan yang (mungkin)
irrasional, dengan tantangan yang juga aneh-aneh (mungkin), atau seorang yang
super dengan pekerjaan dan profesi yang sungguh tidak super. Tak jarang kita
dibuat bingung bagaimana mendapatkan kemampuan tersebut, bingung mengapa harus
ada musuh yang sama-sama kemampuannya unik. Hahaha,
tenang saja, tak perlu bingung, tak perlu menyalahkan mereka yang dengan
sengaja dibuat seperti itu. Itulah dunia hiburan, nikmatilah berbagai macam
keunikannya, ambil sisi positifnya. Itukah pahlawan? Maybe, tetapi fiksi,
tidak salah bila kita berpikiran seperti itu. Namun tidak adakah “pahlawan”
yang lebih nyata?????.... Ayo membuka mata hati dan pemikiran kita, mencari
mereka-mereka yang (sebenarnya) bisa kita anggap “pahlawan”. Beberapa contoh
saja yaaaa....
1. Guru,
dosen, staf pengajar, relawan pengajar, dkk. Siapa mau menjadi guru? Mengajar
dan memahamkan mereka-mereka yang belum tahu berbagai hal, tak jarang ada yang
justru menolak ilmunya, ada yang tidak menghiraukan saat guru menerangkan, dan
lainnya. Siapa yang tidak mau menjadi guru hanya karena gajinya sedikit?....
Alhamdulillah, pendidikan kita sampai jenjang kuliah atau bahkan kerja.
2. Petani,
peternak, dkk. Tak sedikit yang menganggap itu pekerjaan yang (maaf) untuk
status ekonomi, sosial, pendidikan rendah. Ingat ya! kita yang sampai sekarang
masih makan nasi, apakah nasi itu tiba-tiba ada di piring? Yang sekarang masih
makan sayur, apakah sayuran itu tumbuh di piring? Yang mengaku setiap hari
makan buah, apakah buah itu tumbuh di almari pendingin (kulkas)? Yang setiap
hari makan daging, apakah daging itu daging kita???.... Alhamdulillah, kita
masih sehat karena asupan makanan.
3. Tukang
sampah, “pasukan kuning”, pak bon,
dkk. Setiap hari perasaan kita setor sesuatu di tempat sampah, lalu keesokan
harinya lenyap. Hari ini melihat sampah dan dedaunan gugur di tepi jalan, satu
jam kemudian sudah bersih jalannya. Dengan wajah tidak berdosa membuang sesuatu
tidak pada tempat dan aturannya, lalu besok hari sesuatu itu hilang. Hilang
kemana? Lenyap kemana? Siapa yang curi (mengambil sesuatu tanpa ijin pemilik)
itu sesuatu?.... Alhamdulillah, lingkungan kita bersih, otomatis mengurangi
kemungkinan bibit penyakit, keindahan tetap menghiasi kemanapun mata memandang.
4. Pengayuh
becak, ojek, supir angkot, dkk. Kemanapun mau pergi, apapun bawaannya, tetap
diusahakan untuk sampai tujuan. Tak jarang tawar menawar pun dilakukan hanya
untuk menghemat pengeluaran kita yang (mungkin) tak sebanding dengan
“pengeluaran” mereka.... Alhamdulillah, kita masih bisa bersantai diri.
5. Tukang
loak, pendaur ulang barang bekas, dkk. Mencari hal yang dianggap kurang
bermanfaat untuk diberikan suatu hal yang bermanfaat. Ya, mengolah kreatifitas
untuk berinovasi meski bermodal hal tak berharga. Tak jarang kita mencari hal
yang murah namun manfaatnya sangat mahal/ berharga. Kalaupun kita mempunyai
barang yang tak terpakai, mereka siap menerimanya.... Alhamdulillah, kita memperoleh
suatu manfaat dari yang awalnya kita anggap sudah tak mempunyai manfaat.
6. Daaaaaaan masih
banyak lagi....
Lima
contoh pekerjaan dan atau profesi yang (tak bisa dimungkiri) masih diremehkan
eksistensinya, benar?. Diremehkan hanya karena gaji/ bayaran yang tak sesuai?
Berpikir materi. Diremehkan karena tak butuh keahlian khusus? Berpikir
pendidikan. Diremehkan karena tak mampu meningkatkan kebahagiaan? Berpikir
status sosial dan ekonomi. Diremehkan karena apa lagi???.... Jawabannya,
“DIREMEHKAN KARENA KETIDAKPAHAMAN KITA TERHADAP MEREKA”. Yuk menjadi ahli hikmah, menjadi seseorang yang mendengarkan 1 hal
namun memahami 2 hal. Bisa saya sebut mereka sebagai contoh “pahlawan” yang
nyata, karena eksistensinya tak bisa dimungkiri adanya, berbagai macam keunikan
(kekreatifan) mereka untuk mensiasati masalah sehingga kehidupan mereka terus
berjalan, lebih-lebih mencurahkan tenaga dan waktunya demi menghidupi orang
lain saat orang lain tak pernah mau menghidupi mereka. Bukankah setiap manusia
lahir dengan kelebihannya masing-masing? Bukankah sebaik-baik manusia adalah
yang bermanfaat bagi orang lain? Bukankah menjadi manusia yang terbaik pasti
diuji berbagai macam hal? Dan sebaik-baik manusia adalah yang mampu berpikir
dan mengambil hikmah dari apapun yang ada dilangit dan bumi Allah ini, benar?
Tak terkecuali hikmah yang Dia titipkan pada makhluk-Nya untuk kita pikirkan.
Apa perlu kita menjadi mereka seutuhnya?? Tidak, namun kita bisa mencontoh hal
positifnya. Alhamdulillah untuk kita yang merasa diberi nikmat yang lebih,
karakteristika yang lebih, keunikan yang lebih, sehingga kita harus
memanfaatkannya semaksimal mungkin demi kemaslahatan orang banyak.... JADILAH
“PAHLAWAN” DENGAN KELEBIHANMU MASING-MASING!!!
Pembaca,
pada intinya adalah mencoba mencari suatu hal positif dari hal yang (biasanya)
dianggap kurang penting. Menghormati dan menghargai setiap yang dilakukan orang
lain juga perlu karena mungkin kita tak lebih baik dari mereka. Kita juga
disarankan untuk tidak menjelek-jelekkan pekerjaan orang lain, apalagi kita
tidak tahu seberapa besar jasa mereka untuk hidup kita sampai detik ini. Memang
kita hidup atas berkah dari Allah, tapi tidak selalu ujug-ujug sampai pada kita langsung, ada juga makhluk (orang) lain
sebagai perantaranya, dan orang lain itulah yang bisa kita jumpai disekeliling
kita. Tak hanya mengucap terima kasih dan syukur alhamdulillah kepada Allah,
namun juga kepada mereka yang berkontibusi kepada kita, meskipun kita belum
sadar, belum tahu, dan mungkin belum mau untuk tahu. Kurang dan kesalahannya
mohon dimaafkan, karena saya bukan pahlawan, hehehe gak nyambung. Semoga bermanfaat, mohon saran perbaikan dan
kritikan bila ada yang perlu diperbaiki karena penulis tak lebih baik dari
pembacanya.... Ada quote yang asyik:
“sometimes, true heroes are not
recognised”, artikan sendiri!.... Wassalamu’alaikum, Pembaca.